JAKARTA - Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) Surabaya, salah satu unit litbang milik Kementerian Perindustrian (Kemenperin), mengoptimalkan inovasi panel surya yang diharapkan dapat dikembangkan secara manufaktur oleh industri di dalam negeri. Dengan demikian, langkah itu mampu mensubstitusi komponen pendukung pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang masih diimpor.

"Energi baru terbarukan merupakan era masa depan untuk keberlanjutan penyediaan energi dan ketenagalistrikan nasional, termasuk yang menjadi kebutuhan sektor industri," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi lewat keterangan resmi di Jakarta, Rabu (8/7).

Doddy menjelaskan sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan energi fosil (minyak, batu bara, dan gas bumi) yang mencapai 81,3 persen pada 2018. "Di lain pihak, Indonesia kaya akan potensi sumber energi baru terbarukan," ungkapnya.

Karena itu, menurut Doddy, salah satu arah kebijakan dan strategi dalam rangka pemenuhan akses, pasokan energi, serta tenaga listrik yang merata dan berkelanjutan adalah peningkatan efisiensi pada pemanfaatan energi dan tenaga listrik melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi smart grid.

Ant/E-10

Baca Juga: