Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril, menegaskan pandemi Covid-19 bukan rekayasa. Pernyataan tersebut merespons klaim di media sosial yang menyebut pandemi Covid-19 yang disebut sebagai rekayasa dan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril, menegaskan pandemi Covid-19 bukan rekayasa. Pernyataan tersebut merespons klaim di media sosial yang menyebut pandemi Covid-19 yang disebut sebagai rekayasa dan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

"Tidak benar dan tidak ada bukti yang mengatakan seperti itu. Karena masalah pandemi Covid-19 ini di tingkat internasional, bukan masalah Indonesia saja," ujar Syahril, dalam keterangannya kepada awak media, di Jakarta, Rabu (23/10).

Dia juga menyanggah adanya narasi di media sosial yang menyebut tes PCR bukan metode untuk mendeteksi virus, termasuk untuk mendeteksi Covid-19. Dia menerangkan, metode pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai standar emas (gold standard) adalah tes amplifikasi asam nukleat dan Tes PCR merupakan tes diagnostik yang menggunakan metode tersebut.

SYahril menambahkan, selain untuk Covid-19, tes PCR dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus lainnya. Sampel berupa saliva, lendir, atau jaringan diambil, kemudian diuji di laboratorium.

"Tes PCR sudah digunakan secara internasional. PCR ini merupakan suatu alat atau cara untuk melakukan diagnostik keberadaan virus. Dengan tes PCR, kita bisa mengetahui patogen yang menyebabkan infeksi penyakit," jelasnya.

Penanganan Pandemi

Syahril mengungkapkan, pemerintah berupaya menanggulangi pandemi Covid-19 melalui kebijakan "gas dan rem". Upaya ini bertujuan menyeimbangkan antara penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.

Dia menuturkan, kebijakan "gas" menitikberatkan pada upaya pemulihan ekonomi, sedangkan pedal rem digunakan untuk upaya penanganan pandemi. Saat kebijakan salah satu kebijakan diambil, maka kebijakan lain menyesuaikan dan terbukti efektif menekan lonjakan kasus Covid-19.

"Pemerintah menerapkan gas dan rem untuk membuat keseimbangan perekonomian dan kesehatan, salah satunya dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)," katanya.

Syahril menuturkan, vaksinasi merupakan strategi penting dalam penanganan pandemi Covid-19. Indonesia telah melaksanakan vaksinasi Covid-19 lebih dari 400 juta dosis, dengan sasaran lebih dari 200 juta orang.

Dia menyampaikan, hal penting yang harus disyukuri saat ini adalah bahwa Indonesia telah berhasil menangani pandemi Covid-19. Pemerintah, bersama para pemangku kepentingan dan seluruh elemen masyarakat, bekerja sama untuk mengendalikan Covid-19.

"Pandemi sudah lewat, statusnya (darurat kesehatan global untuk Covid-19) telah dicabut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO juga menyatakan, pandemi berakhir," tuturnya.

Baca Juga: