JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memfasilitasi 1.402 Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK PK). Sebanyak 1.029 SMK PK dibantu pemerintah melalui skema Matching Fund dan 373 SMK PK dibantu skema pemadanan.

"Tahun pertama ini, ketika kami menunjukkan SMK PK, ada 349 dunia usaha dan dunia industri (DUDI) telah bersinergi dengan satuan pendidikan di daerah dengan investasi sebesar Rp439 miliar," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Kiki Yuliati, dalam webinar SMK Pusat Keunggulan, Sabtu (19/11).

Kiki memastikan, sinergi SMK PK dengan DUDI tidak hanya industri-industri besar. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pun turut mengambil bagian dari kolaborasi tersebut.

"Ini akan terus kita lakukan guna mengolaborasikan sektor pendidikan dengan industri agar dapat menghasilkan SDM yang unggul, tangguh, dan relevan dengan kebutuhan industri," jelasnya.

Dia menyebut, pemerintah akan terus berkomitmen mengembangkan ekosistem pendidikan vokasi, salah satunya melalui program SMK PK Skema Pemadanan dan Matching Fund. Hal ini sejalan dengan instruksi Presiden yang dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Implementasi Pendidikan Vokasi.

"Pendidikan vokasi menjadi salah satu fokus pemerintah dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Untuk itu, Presiden menaruh harapan besar untuk kemajuan pendidikan vokasi," tandasnya.

Skema Bantuan

Direktur SMK, Kemendikbudristek, Wardani Sugiyanto, menuturkan, implementasi SMK PK Skema Pemadanan tahun 2022 berhasil meraih capaian hingga 373 SMK yang mendapat bantuan dari 349 industri. Sembilan di antaranya adalah konsorsium dengan total komitmen investasi industri terhadap SMK PK Skema Pemadanan sebesar 439,25 miliar rupiah.

Wardani menyampaikan, untuk tahun depan SMK PK Skema Pemadanan telah dibuka sejak 17 November 2022 hingga 15 Januari 2023 mendatang. Enam sektor unggulan juga akan bertambah menjadi 18 sektor pada tahun 2023.

"Capaian tersebut tentunya juga dibarengi dengan adanya penyelarasan kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri, meningkatkan praktisi industri maupun kesempatan magang bagi guru untuk meningkatkan kompetensi, hingga peningkatan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran," katanya.

Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kemendikbudristek, Beny Bandanadjaja, menambahkan program Matching Fund adalah bentuk kerja sama perguruan tinggi vokasi dengan industri. Produk-produk industri bisa mendapat bantuan dari perguruan tinggi vokasi dan mendapatkan dukungan dana dari pemerintah.

"Di satu sisi, perguruan tinggi vokasi akan mendapatkan peran dalam industri dan sisi lain, industri dapat mengatasi masalahnya," terangnya.

Baca Juga: