Ada yang menarik dari perajin kulit di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB), mengembangkan produk berteknologi mekanik.

??Kolaborasi keduanya ini mengusung konsep memanfaatkan teknologi mekanik untuk mengembangkan kerajinan kulit dan kayu. Kerajinan kulit di Cirebon dinilai memiliki potensi bisa bersaing hingga pasar internasional.

Ketua Pelaksana Program Pengabdian Masyarakat LPPM ITB Deny Willy Junaidy mengaku melibatkan seorang tenaga ahli kinetik mekanik bernama Samuel Aswin, alumni ITB, sekaligus pemilik start-up yang bergerak di bidang usaha premium desain cetak senjata kayu lapis (East Wood Rubber-Band Gun Kit), yang dibuat menggunakan teknologi Computer Numeric Control (CNC).

Prinsip mekanik yang ada pada produk milik Samuel ini, lanjut Deny, kemudian dicoba diterapkan dalam produk kerajinan seperti tas kulit. Selain Samuel, kata dia, untuk proses pengembangan ini, pihaknya juga melibatkan seorang praktisi sekaligus perajin kulit di Cirebon yakni Sarif Gunawan.

"Awalnya ada alumni S2 desain dari ITB, namanya Pak Samuel. Dia menciptakan produk playwood. Saya juga mengenal Pak Gunawan. Karena posisinya sebagai dosen, saya mencoba menghubungkan keduanya," kata Deny di Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Kamis (17/6/2021).

Salah satu produk yang dihasilkan dalam kegiatan tersebut adalah sebuah tas kulit dengan kualitas premium. Tas ini kemudian diberi nama 'Gunawan', dan rencananya bakal diikut sertakan dalam pameran di tingkat lokal maupun internasional.

"Ini adalah salah satu yang dikembangkan. Produk yang menggabungkan kulit dengan prinsip mekanik. Ini pertama kali. Ini mungkin jadi trend baru. Kita terapkan prinsip mekanik ini kepada produk kulitnya Pak Gunawan. Semoga ini bisa berkembang menjadi inovasi baru," kata Deny.

Sementara itu, perajin kulit Sarif Gunawan mengaku menggeluti usaha kerajinan kulit sejak akhir tahun 2019. Sebelumnya, ia sempat menjadi pengusaha rotan. Akan tetapi, karena banyak kendala yang dihadapi, ia kemudian memilih fokus mengerjakan usahanya sekarang.

Menurut Gunawan, produk kerajinan kulit yang dihasilkannya mendapat tanggapan positif di pasaran. Hal ini disebabkan karena ia memakai bahan baku dari kulit sapi dengan kualitas terbaik.

"Kita dapat dari Magetan. Biasa pesan kulit sekitar 100 sampai 200 fit atau selembar 30 fit. Sebelumnya usaha rotan. Tapi tahun 2019 akhir atau awal 2020, saya coba ke kerajinan kulit," ujar Gunawan.

Dengan pengalamannya sebagai pengusaha rotan, ia pun memiliki relasi cukup luas. Sehingga mendorongnya untuk selalu berinovasi. Tak hanya tas, Gunawan juga membuat produk berbahan dasar kulit seperti gantungan kunci, dompet, tempat korek api, dan sebagainya.

Gunawan mengaku sempat mendapat orderan dari salah satu kenalannya di luar negeri, dengan nilai pesanan mencapai Rp300 juta. Namun, permintaan itu tak dapat dipenuhinya, karena usahanya belum sampai pada skala industir besar.

"Saya pernah ikut pameran. Waktu itu brand dapat tanggapan positif dari pengunjung. Padahal disitu ada 2 brand yang sudah cukup senior. Salah satunya sempat datang ke saya. Pas dilihat produknya, dia mengapresiasi karena kualitasnya bagus. Dari situ saya percaya diri produk kulit Cirebon mampu bersaing," jelasnya.

Selain kualitas kulit, Gunawan juga telah menerapkan teknologi CNC pada proses pembuatan kerajinan kulitnya. Hal ini tentu mempermudahnya untuk produksi.

"Kita pakai mesin CNC walau rakitan. Ada router kayu dan laser. Jadi hasilnya bagus. Baik dari segi presisi pemotongannya dan detailnya lebih rapih. Jadi di Cirebon ini sudah selangkah lebih maju dari daerah lain," ungkapnya.

Sedangkan untuk proses pengembangan produk yang dilakukan oleh tim LPPM ITB, ia sangat menyambut baik kegiatan tersebut. Menurutnya hal ini bisa menjadi loncatan besar untuk industri kerajinan kulit di Cirebon.

"Ini kalau di dunia industri, ranah riset dan development menjadi hal penting. Memang kalau untuk jualan butuh proses. Artinya harus ada beberapa step lagi. Bisa dipamerin lagi tahun ini, atau tahun depan. Kemudian bisa dilaunching dengan spek-spek usability. Ini salah satu produk konsep yang ditawarkan dari temen-temen ITB. Kalau boleh lihat, baru kali ini ada unsur mekanik. Saya pikir Indonesia perlu mengembangkan produk-produk seperti ini," tuturnya.

Ia berharap kedepannya, usaha yang digelutinya dapat berubah dari industri rumahan menjadi industri yang lebih besar lagi. Sehingga, ia dapat memenuhi pemesanan yang datang kepadanya.

"Kita tujuannya memang ke industri yang lebih besar. Saya yakin kualitas produk kita bisa bersaing. Tidak hanya lokal bahkan internasional. Memang saat ini terganggu karena ada pandemi," ucap dia.

Baca Juga: