JAKARTA - Pemerintah perlu mendorong kemandirian vaksin supaya ke depan tak lagi mengimpornya. Impor vaksin hanya merugikan negara baik dari sisi ekonomi maupun kesiapan penanganan kasus. Negara telah menghabiskan puluhan trilliun rupiah untuk mengimpor vaksin Covid-19.

Epidemiolog Dicky Budiman menegaskan pemerintah harus mendorong peningkatan kemandirian industri nasional untuk menggenjot produksi vaksin dalam negeri. Hal itu berkaitan erat dengan kemampuan pemerintah merespons penyakit ke depannya.

"Kita jangan bergantung pada impor. Punya vaksin sendiri itu penting dan strategis, supaya jika ada ledakan kasus atau pandemi lagi kita sudah siap," tegas Dicky dalam diskusi virtual terkait Resmi, Covid-19 menjadi Endemi yang digelar FMB9 di Jakarta, Senin (3/7).

Dicky kembali mengingatkan langkah yang dilakukan India pada 2021 ketika mereka memblokir ekspor vaksin dan fokus untuk kebutuhan dalam negeri.

"Kalau kita bisa produksi vaksin sendiri dalam jumlah banyak maka kita siap menghadapi jika negara negara eksportir vaksin menghentikan ekspornya," ujarnya.

Bahkan, lanjut Dicky Indonesia mempunyai kapasitas untuk mengekspor vaksin ke negara lain. Pentingnya penguatan kapasitas produksi vaksin produksi lokal, menurutnya, tak lantas status endemi menghilangkan potensi terkena kasus Covid-19.

"Jangan euforia dulu, kewaspadaan harus selalu dijaga karena status endemi tidak menghilangkan potensi kasus," tandasnya.

Setop Impor

Pada kesempatan sama, Dirjen Pencegahan & Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan Indonesia sudah tidak lagi mengimpor vaksin karena sudah menggunakan vaksin produksi domestik. "Kalaupun masih ada, itu hanya untuk menghabiskan stok, tapi praktisnya kita sudah tidak impor lagi," ungkap Maxi.

Dia menyebutkan vaksin Covid-19 produksi lokal meliputi IndoVac yang dikembangkan oleh BUMN farmasi Bio Farma, kemudian Inavac yang dikembangkan Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur bersama perusahaan Bio Farmasi, Biotis Pharmaceuticals Indonesia.

Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tahun lalu menyebut, selama 2020-2022, total anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk anggaran vaksin mencapai 44,26 trilliun rupiah untuk 397,63 juta dosis vaksin.

Baca Juga: