BANGKOK - Sebuah kelompok bersenjata etnis minoritas Myanmar pada Sabtu (18/5) mengklaim para pejuangnya telah menguasai sebuah kota di Negara Bagian Rakhine barat, yang merupakan pukulan lain bagi junta.
Bentrokan telah mengguncang Rakhine sejak Tentara Arakan (AA) menyerang pasukan keamanan pada bulan November, mengakhiri gencatan senjata yang sebagian besar telah dilaksanakan sejak kudeta militer tahun 2021.
Pejuang AA telah merebut sejumlah wilayah, termasuk di sepanjang perbatasan dengan India dan Bangladesh, sehingga memberikan tekanan lebih lanjut terhadap junta saat junta memerangi lawan-lawannya di negara lain di Asiatenggara.
"Kami merebut semua pangkalan Angkatan Darat Myanmar di Buthidaung, diNegaraBagian Rakhine utara.Yangkami kuasaitermasuk markas strategis militer," kata AA melalui saluranTelegrampada Sabtu.
"Pejuangkamimasih bentrok dengan pasukan junta di luar kota,"imbuh merekatanpa memberikan rincianlebih lanjut.
Buthidaung terletak sekitar 90 kilometer utara ibu kota negara bagian Sittwe, yang masih dikuasai militer.
Awal bulan ini, AA mengatakan telah menahan ratusan personel junta menyusul serangan terhadap sebuah komando di dekat Buthidaung.
Juru bicara junta telah dihubungi untuk dimintai komentar. Sedangkan komunikasi dengan Rakhine sangatlah sulit, dengan sebagian besar jaringan seluler mati.
Pertempuran Menyebar
AA adalah salah satu dari beberapa kelompok etnis minoritas bersenjata di wilayah perbatasan Myanmar, banyak diantaranya telah berperang melawan militer sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948 demi otonomi dan kendali atas sumber daya yang menguntungkan.
AA mengaku memperjuangkan otonomi yang lebih besar bagi penduduk etnis Rakhine di negara bagian tersebut.
Pertempuran di Negara Bagian Rakhine telah menyebar ke 15 dari 17 kota sejak November, kata kepala hak asasi manusia PBB bulan lalu.
Ratusan orang tewas atau terluka dan lebih dari 300.000 orang mengungsi, kata dia.
Bentrokan antara AA dan militer pada tahun 2019 mengguncang wilayah tersebut dan menyebabkan sekitar 200.000 orang mengungsi.
Militer melancarkan tindakan keras terhadap minoritas Rohingya di sana pada tahun 2017 dan kini menjadi subjek kasus genosida PBB. AFP/I-1