JAKARTA - Laporan World Bank berjudul What a Waste 2.0, secara global jumlah sampah plastik yang mencemari ekosistem laut diprediksi meningkat hampir tiga kali lipat pada 2040 apabila tidak ada upaya pencegahan. Kondisi ini pun terjadi di Indonesia yang menghasilkan 12,87 juta ton sampah plastik selama 2023, sebanyak 408.885 ton di antaranya berakhir di lautan setiap tahun.

Dalam upaya menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih produktif dan berkelanjutan, peranan bank sampah sangat penting. Hal ini sejalan dengan pelaksanaan prinsip ekonomi sirkular yaitu sebuah sistem ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan dengan mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin.

Salah satu dari praktik bank sampah yang bisa dicontoh adalah Bank Sampah Induk Gesit yang berlokasi di samping Kelurahan Menteng Atas. Selain menerima sampah dari para anggota ini juga memperkenalkan sistem isi ulang U-Refill guna semakin memperkuat kontribusi Bank Sampah dalam menyebarluaskan perilaku bijak sampah di tengah masyarakat luas.

Direktur Bank Sampah Induk Gesit Sri Endarwati, mengungkapkan, sampah telah mengubah hidupnya dan teman-teman pengurus karena memberi keuntungan. Ia bisa beramal, menjaga lingkungan, mempererat hubungan antar komunitas, hingga memperluas koneksi.

"Syukur, Bank Sampah Induk Gesit saat ini memiliki 250 anggota, dan setiap harinya menerima berbagai macam jenis sampah dari 10 Kecamatan di wilayah Jakarta Selatan," ungkapnya di Bank Sampah Induk Gesit di Kelurahan Menteng Atas, Jakarta Senin (4/3).

Jenis sampah yang paling banyak ditampung di Bank Sampah Gesit adalah sampah plastik. Sampai ini per bulannya bisa mencapai angka 8 ton. Nilai ini jika dikonversikan dalam mata uang kurang lebih senilai 270 juta rupiah.

Direktur Pengurangan Sampah KLHK RIVindaDamayanti Ansjar,menjelaskan untuk penerapan ekonomi sirkular, produsen dapat bekerja sama dengan bank sampah, tempat pengolahan sampah reduce-reuse-recycle(TPS3R), industri daur ulang. Dengan cara ini pengelolaan sampah plastik ini dapat menghasilkan nilai ekonomi yang menjanjikan.

"Terkait tema hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024,yaitu Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif,kami percaya salah satu upaya agar sistem ekonomi sirkular yang efektif adalah melalui bank sampah," ungkapnya.

Ia mengatakan, keberadaan 27.631 unit bank sampah di seluruh Indonesia telah membawa pengaruh signifikan di sejumlah sektor, antara lain ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari sisi ekonomi total omset bank sampah mencapai rata-rata 2,8 miliar rupiah per bulan.

Dari sisi sosial bank sampah mampu menyerap tenaga kerja hingga ratusan ribu orang. Sedangkan dari sisi lingkungan berhasil mengumpulkan sampah mencapai 136.860,20 ton, dengan jumlah sampah yang dimanfaatkan dan didaur ulang sebesar 5.227,73 ton.

"Terkait sampah plastik, bank sampah juga menjadi wadah yang efektif untuk mengurangi beban limbah plastik yang tercecer di TPA maupun lingkungan, meningkatkan daur ulang plastik, dan memberinya nilai ekonomi sesuai pedoman 3R (reuse, reducedanrecycle)," katanya.

Ia menambahkan, kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk mendorong kiprah bank sampah terus dibutuhkan, termasuk dari pihak produsen. Sejalan dengan komitmen jangka panjang untuk memberikan dampak positif terhadap lingkungan, terus mendorong potensi Bank Sampah sebagai mitra inti dalam upaya berkelanjutan menangani permasalahan sampah plastik.

Isi Ulang

Di Bank Sampah Gesit sekarang telah tersedia U-Refill, sistem isi ulang yang juga hadir di bank sampah binaan perusahaan tersebut lainnya. Sistem ini adalah contoh penerapan ekonomi sirkular yang mengedepankan pentingnya perilaku bijak sampah, yaitu penggunaan kembali dan daur ulang, serta pengurangan penggunaan plastik.

"Di 817 titik gerai yang berpartisipasi, termasuk di bank sampah, konsumen dapat membeli produk Rinso, Sunlight dan Wipol tanpa kemasan. Mereka cukup membawa kemasan bekas atau kosong untuk diisi ulang, dan membeli produk dengan harga yang lebih ekonomis," kata Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation Maya Tamimi.

Ia mengungkapkan, selama setahun beroperasi, U-Refill telah mengurangi penggunaan plastik sebanyak kurang lebih 6 ton dari lebih dari 91.000 liter produk yang terjual menjangkau kurang lebih 6.000 pelanggan. Selain itu, 30.000 masyarakat telah terpapar dengan informasi tentang isi ulang, dan berpotensi untuk berpartisipasi di masa depan.

"Kami berharap acara diskusi dan kunjungan hari ini akan mampu menginspirasi dan mengajak lebih banyak masyarakat mendukung dan bergabung menjadi nasabah Bank Sampah serta mulai mencoba belajar berbelanja produk tanpa kemasan, sehingga bersama-sama kita bisa mewujudkan sistem pengelolaan sampah plastik yang lebih produktif dan berkelanjutan," tutup Maya.

Baca Juga: