ROMA - Kepala Program Pangan Dunia (WFP), David Beasley, pada Rabu (20/7) memperingatkan bahwa kelangkaan pangan dunia dapat terjadi tahun depan apabila Russia tidak mencabut blokade ekspor biji-bijian Ukraina dan mengirim pupuknya sendiri ke pasar dunia.

"Dan itu akan menjadi krisis yang belum pernah kita saksikan sebelumnya dalam hidup kita," ujar Beasley di hadapan para anggota Kongres AS.

Beasley mencatat bahwa pada 2008 ketika inflasi dunia dan harga pangan terakhir mengalami lonjakan yang parah, kerusuhan dan demonstrasi terjadi di hampir 50 negara.

"Situasi sekarang jauh lebih buruk dan kami sudah mulai melihat destabilisasi terjadi di banyak negara, Sri Lanka, kami melihat apa yang terjadi di Mali, Chad, Burkina Faso," kata Beasley. "Kita menyaksikan demonstrasi dan kerusuhan di Kenya, Pakistan, Peru, Indonesia. Tidak ada habisnya," tutur dia.

Selain destabilisasi dan dan potensi migrasi massal, Beasley mengatakan bahwa sebelum invasi Russia, jumlah orang yang berada dalam situasi sangat rawan pangan mencapai 276 juta jiwa. Sekarang, angka itu diperkirakan mencapai 345 juta jiwa. Dengan jumlah tersebut, kata Beasley, 50 juta orang di 45 negara ada di ambang kelaparan.

Beasley menyambut baik dukungan AS untuk WFP, yang berjumlah hampir 6 miliar dollar AS pada tahun fiskal ini. Namun ia mengatakan negara-negara lain belum cukup berkomitmen.

"Seperti yang kita dengar, Tiongkok hanya memberi kami 3 juta dollar AS. Negara-negara Teluk, dengan harga minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memperparah krisis pangan, harus meningkatkan (dukungan) dengan cara yang melampaui apa yang pernah kita lihat sebelumnya," ucap Beasley.

Harga satu barel minyak mentah pada Rabu tercatat berada di angka 107 dollar AS, yang secara dramatis telah meningkatkan biaya pengiriman makanan. Beasley menyampaikan kepada para anggota Kongres bahwa lembaganya, yang memang sudah kesulitan mendanai misi dan tugas mereka, kini menghadapi tambahan biaya sebesar 74 juta dollar AS, setiap bulan karena biaya pengiriman.

Hambatan Pasokan

Kepala WFP itu secara terpisah memberi pengarahan kepada komite hubungan luar negeri Senat dan DPR AS di hari yang sama dengan pidato Ibu Negara Ukraina, Olena Zelenska, di hadapan Kongres AS, yang meminta lebih banyak persenjataan bagi negaranya untuk membela diri menghadapi invasi Russia.

Sebelum invasi 24 Februari lalu, Ukraina adalah eksportir biji-bijian utama dunia, yang memproduksi cukup pangan untuk memberi makan 400 juta orang di seluruh dunia. WFP membeli separuh pasokan biji-bijiannya dari Ukraina.

"Ketika Anda menarik pasokan makanan yang cukup untuk memberi makan 400 juta orang dari pasar, apa yang Anda pikir akan terjadi? Hal itu akan menghancurkan yang termiskin dari yang miskin," kata Beasley.

Kepala WFP yang lembaganya dianugerahi anugerah Nobel Perdamaian pada 2020 itu mengatakan bahwa ketika perang dimulai, ia mengunjungi pelabuhan selatan Odessa di Ukraina, di mana ada lebih dari 5 juta metrik ton biji-bijian dikirimkan setiap bulannya untuk diekspor. SB/VoA/I-1

Baca Juga: