JAKARTA- Peneliti senior Populi Center Afrimadona menilai kekecewaan terhadap parlemen tidak hanya terjadi di Indonesia namun negara seperti Amerika Serikat rakyatnya masih mengalami fenomena serupa. Yang menjadi pembeda, adalah tingkat korupsi di AS jauh lebih rendah ketimbang di Indonesia. "Kritikan bagi parlemen di AS lebih bersifat menyehatkan, beda dengan kita kritikannya seputar korupsi dan kinerja," tegas Afrimadona dalam diskusi di Populi Center, Jakarta, Kamis (8/11).

Ada tiga pekerjaan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas parlemen menurut Afrimadona. Pertama edukasi publik dimana publik dididik agar melek politik dan mengerti siapa yang orang yang akan mereka pilih. Dalam kontestasi Pemilu Indonesia butuh pemilih rasional lebih banyak ketimbang pemilih tradisional.

Peneliti Formappi Lucius Karus menekankan betapa bobroknya kinerja parlemen kini. DPR 2014-2019, kata dia, merupakan DPR dengan kinerja terburuk. DPR sebelumnya menghasilkan di atas 10 RUU pertahun. rag/AR-3

Baca Juga: