Setelah sepekan dilaksanakan pilpres, Dewan Pemilihan Nasional Peru belum juga mengumumkan hasil akhir pemilu sehingga memicu kegelisahan dari dua kandidat yang saat ini perolehan suaranya amat ketat.

LIMA - Kandidat Presiden Peru dari kubu sayap kanan, Keiko Fujimori, pada Sabtu (12/6) bersikeras bahwa pelaksanaan pilpres dirusak oleh kecurangan. Klaim itu dilontarkan Keiko setelah jalannya proses penghitungan suara amat lamban walau pilpres telah dilaksanakan 6 hari lalu dan rivalnya saat ini unggul tipis.

Seperti dalam tiga pemilihan presiden Peru sebelumnya, penghitungan suara berjalan lamban karena keterlambatan pengiriman surat suara dari daerah pedesaan dan hutan, serta dari luar negeri, di mana ada satu juta dari 25 juta pemilik hak suara yang memenuhi syarat berada.

"Ada kecurangan dalam proses pemungutan suara. Ada manipulasi dalam proses pemungutan suara," kata Keiko dalam konferensi pers tanpa memberikan bukti apapun. dalam pernyataannya, anak perempuan dari mantan Presiden Alberto Fujimori itu pun menduga ada kecurangan dalam penghitungan suara.

"Saya baru akan mengakui hasilnya tetapi kami harus menunggu hingga penghitungan berakhir," ucap dia.

Keiko mengatakan ketidakberesan dalam penghitungan suara telah menguntungkan rivalnya yang berasal dari kubu sayap kiri, Pedro Castillo, yang saat ini unggul tipis 51.000 suara, dengan 99,88 persen surat suara telah dihitung.

Jika Keiko kalah dalam pilpres ini, maka ia berisiko akan diajukan ke pengadilan atas tuduhan korupsi.

Pengamat politik mengatakan dengan Castillo tampaknya siap untuk menghadapi kemenangan, sedangkan Keiko Fujimori mencoba menabur keraguan tentang legitimasi pemilihan agar tidak terlihat seperti pecundang dan menyelamatkan citra politiknya.

"Dia berpegang teguh pada klaim telah terjadinya kecurangan karena jika dia tidak melakukannya, semua yang telah dia capai akan runtuh. Ini adalah caranya menghindari kegagalan dan kehancuran," kata Hugo Otero, penasihat mantan Presiden Alan Garcia.

Terkait klaim kecurangan, sebelumnya Keiko telah meminta otoritas pemilihan untuk membatalkan sekitar 200.000 suara. Dewan pemilihan nasional pada Jumat (11/6) lalu pun mengumumkan perpanjangan dua hari dari tenggat waktu untuk mengajukan tantangan terhadap hasil pemungutan suara.

Umumkan Kemenangan

Sementara itu Saat ini Castillo telah menyatakan dirinya sebagai pemenang dalam pilpres ini. "Hari ini adalah saatnya Peru membutuhkan ketenangan dan kedamaian, jangan sampai terprovokasi, karena kita sedang dalam masa kritis," ucap Castillo.

Peru pada Minggu (6/6) pekan lalu melaksanakan pilpres untuk menentukan presiden kelima mereka dalam tiga tahun terakhir setelah terjadi serangkaian krisis dan skandal korupsi yang mengakibatkan tiga pemimpin yang berbeda menduduki kursi presiden dalam satu pekan pada November lalu. Tampuk kepemimpinan terakhir dipegang oleh pemimpin negara sementara yaitu Francisco Sagasti.

Tercatat bahwa ada tujuh dari 10 pemimpin terakhir negara itu telah dihukum atau sedang diselidiki karena korupsi.

Siapa pun yang menang dalam pilpres kali ini akan memimpin negara yang dilanda resesi dan tingkat kematian akibat virus korona tertinggi di dunia. Selain itu ada dua juta warga Peru kini kehilangan pekerjaan selama pandemi dan hampir sepertiga sekarang hidup dalam kemiskinan. AFP/I-1

Baca Juga: