MOSKOW - Badan antariksa Rusia, Roscosmos Space Corporation, baru-baru dilaporkan berencana menjual aset senilai lebih dari 11,4 miliar rubel (124 juta dolar AS) sebagai dampak sanksi Barat atas invasi Moskow di Ukraina.

Seorang perwakilan Roscosmos mengatakan kepada outlet berita Rusia RBC bahwa keputusan tersebut diambil setelah Roscosmos kehilangan hampir 80 persen pendapatan ekspornya setelah kehilangan pesanan dan mitra utama akibat perang di Ukraina.

"Tahun ini, perusahaan bermaksud untuk menjual aset non-inti, lebih dari 150 item termasuk rumah kos dan bekas sanatorium, tanah dan kompleks properti, serta pusat rekreasi," ujarnya.

Sejak Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, Roscosmos telah kehilangan pelanggan berharga seperti operator satelit OneWeb yang berbasis di Inggris, dan badan antariksa Korea Selatan, sehingga menghilangkan sumber utama pendanaan asing, menurut laporan Bloomberg sebelumnya.

Dilansir dari Newaweek, pada bulan Desember, Direktur Jenderal Roscosmos, Yuri Borisov, mengatakan di bahwa tahun ini tidak mudah bagi perusahaannya. "Tetapi yang paling penting adalah, saya berharap, kita telah membalikkan semua tren negatif yang telah menyertai industri ini selama beberapa tahun," ujarnya.

Daftar properti yang diharapkan dapat dijual perusahaan pada tahun 2024 mencakup properti yang berlokasi di ibu kota Moskow, dan wilayah sekitar Moskow, wilayah Krasnodar, Samara, wilayah Tver, dan tempat lain.

"Dana dari penjualan properti akan digunakan untuk memperbaiki kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan Roscosmos," kata perwakilan tersebut, seraya mencatat bahwa tahun lalu, perusahaan tersebut menghasilkan lebih dari 6,5 miliar rubel (70,72 juta dolar AS) dari penjualan properti non-aset inti perusahaannya.

Borisov mengatakan pada bulan Desember bahwa perusahaannya telah kehilangan kontrak senilai 180 miliar rubel (1,9 miliar dolar AS) dari 230 miliar (2,5 miliar dolar AS) sebagai akibat dari konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia oleh sekutu Kyiv.

"Dari 230 miliar rubel, 180 miliar kontrak diberikan kepada negara-negara yang dianggap tidak bersahabat termasuk pasokan mesin, termasuk layanan peluncuran. Oleh karena itu, 180 miliar rubel sebenarnya telah diambil dari pendapatan ekspor kami," kata Borisov kepada The Diplomat.

Pada bulan Oktober tahun lalu, Roscosmos tampaknya mengakui bahwa misi Luna-25 Rusia gagal karena tidak dapat menggantikan teknologi Barat.

Perusahaan tersebut mengatakan pesawat ruang angkasa tak berawak Luna-25, yang diperkirakan akan mendarat di Kutub Selatan bulan, berputar di luar kendali dan jatuh ke permukaan bulan karena kerusakan pada unit kendali wahana tersebut.

Rusia telah berjuang untuk menggantikan beberapa teknologi canggih yang diimpornya dari Barat, seperti microchip, sejak negara tersebut terkena sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terkait invasi ke Ukraina.

Baca Juga: