Kuranosuke Kato adalah seorang balita satu-satunya di desanya yang kecil dan sepi di Jepang. Walau tak punya kawan sebaya, ia dengan riang mengendarai sepeda roda tiganya menyusuri jalanan di Desa Ichinono, KotaTamba-Sasayama, Prefektur Hyogo, yang dipenuhi oleh boneka manekin seukuran manusia, dengan riang gembira.

Kuranosuke yang kini berusia dua tahun adalah balita pertama yang lahir dalam dua dekade di Desa Ichinono, salah satu dari lebih dari 20.000 komunitas di Jepang yang mayoritas penduduknya berusia 65 tahun ke atas, menurut data dari Kementerian Dalam Negeri Jepang.

Merevitalisasi daerah pedesaan adalah salah satu janji kampanye utama dari Perdana Menteri Shigeru Ishiba saat ia berjuang untuk mempertahankan mayoritas dalam pemilihan umum pada Minggu (27/10) ini.

PM Ishiba menyebut angka kelahiran rendah di Jepang sebagai sebuah keadaan darurat yang meresahkan dan hal ini terbukti nyata di tempat-tempat seperti Ichinono, sebuah pedesaan yang dihuni kurang dari 60 warga.

"Jika desa ini dibiarkan seperti sekarang, satu-satunya hal yang menanti kita adalah kepunahan," kata Ichiro Sawayama, 74 tahun, kepala badan pengurus Desa Ichinono.

Saat ini memang banyak negara maju menghadapi bom waktu demografi yang sama, tetapi di Jepang, yang memperbolehkan tingkat imigrasi yang relatif rendah, saat ini memiliki populasi tertua kedua di dunia setelah Monako.

Keheningan meliputi udara di Ichinono, tempat penduduk membuat boneka manekin dengan tangan untuk menciptakan kemiripan dengan suasana desa yang ramai. Beberapa boneka manekin menaiki ayunan sementara yang lain mendorong kereta kayu bakar, tersenyum dan agak menyeramkan kepada pengunjung.

"Kami mungkin kalah jumlah oleh boneka manekin," kata Hisayo Yamazaki, seorang janda berusia 88 tahun, kepadaAFP.

Panen padi dan pembuatan sake dulunya menjadi cara Ichinono bertahan hidup. Sebagian besar keluarga di desa itu dulunya memiliki anak, kenang Yamazaki. "Namun kami khawatir mereka tidak akan bisa menikah jika mereka tetap terjebak di tempat terpencil seperti ini, jadi mereka didorong untuk kuliah di perguruan tinggi di kota. Mereka pergi dan tidak pernah kembali, mencari pekerjaan di tempat lain. Kini kami yang menanggung akibatnya," tutur dia.

Namun satu keluarga di Ichinono sedikit berbeda. Rie Kato yang berusia 33 tahun dan Toshiki Kato yang berusia 31 tahun, pindah dari kota besar Osaka ke Ichinono pada tahun 2021, lalu mereka memiliki anak, Kuranosuke.

Pasangan itu memutuskan untuk meninggalkan kehidupan kota dan pindah ke pedesaan karena pandemi memungkinkan pekerjaan mereka yang lebih fleksibel.

Sebagai penduduk termuda sejauh ini, putra semata wayang mereka amat disayangi oleh penduduk desa lainnya, yang membawakannya makanan buatan rumah dan secara kolektif menjaganya.

"Balita ini adalah kebanggaan kami," ucap kepala desa Sawayama dengan suka cita. Sementara janda Yamazaki mengatakan Kuranosuke sungguh manis karena hampir seperti cicitnya.

Keluarga Kato mengatakan merupakan hal yang baik bahwa Kuranosuke tumbuh di komunitas Ichinono dan bukan dalam lingkup anonimitas apartemen di Osaka.

"Hanya dengan dilahirkan di sini, putra kami memperoleh manfaat dari kasih sayang, dukungan, dan harapan dari begitu banyak orang, meskipun ia belum mencapai apapun dalam hidup," kata ayahnya, Toshiki, sambil tertawa.

Ibunya, Rie, mengatakan tetangga di desa yang sangat erat itu terkadang meminta bantuan untuk memanen kacang edamame bersama atau sekadar mengajaknya bermain. "Saya merasa harga diri saya, sebagai seorang individu, diakui di sini," kata dia. "Saya yakin begitulah yang akan dirasakan Kuranosuke tentang dirinya sendiri saat tumbuh dewasa nanti.

Cegah "Kematian"

Dulunya, Ichinono adalah sebuah desa tertutup yang tidak disukai orang luar atau pendatang. Aturan yang sudah ketinggalan zaman masih mengharuskan calon pendatang baru untuk dijamin oleh setidaknya tiga penduduk lama agar bisa tinggal di desa tersebut.

"Namun kini aturan tersebut sudah tidak diterapkan lagi untuk menghindari menakut-nakuti orang," kata Sawayama.

Menyadari kebutuhan desa tempat tinggalnya saat ini, Toshiki tak tinggal diam. Karena bekerja jarak jauh di sektor TI yang memiliki banyak waktu luang tersisa, Toshiki pun berinisiatif untuk meluncurkan proyek sampingan untuk merenovasi rumah-rumah di Ichinono yang banyak telah berusia seabad.

"Harapan saya yang sederhana adalah membantu menambah nilai baru ke rumah-rumah ini, dan mencegah 'kematian' Ichinono meski hanya setahun lebih lama," kata dia.AFP/I-1

Baca Juga: