Kekuatan entente seperti Inggris, Prancis, dan Italia yang akan menentukan nasib Hungaria dan tetangganya. Tapi, seperti banyak perjanjian pascaperang lainnya, para pemenang tidak sepenuhnya setuju tentang apa yang harus dilakukan dengan Eropa tengah.

Terlepas dari carut marut penguasaan wilayah di Hungaria setelah terbentuknya Republik Soviet usai Revolusi Bolshevik, negara penerus diundang ke Konferensi Perdamaian Paris. Ketika hadir di sana perwakilan memiliki alasan optimis. Pertama, mereka sudah menguasai sebagian besar wilayah yang mereka inginkan, dan mereka menganggap diri mereka sekutuententeyang menang.

Kekuatanententeseperti Inggris, Prancis, dan Italia yang akan menentukan nasib Hungaria dan tetangganya. Tapi, seperti banyak perjanjian pascaperang lainnya, para pemenang tidak sepenuhnya setuju tentang apa yang harus dilakukan dengan Eropa tengah.

Satu masalah yang memperumit proses perdamaian adalah, pada dasarnya, Kekuatan Besar tidak mengetahui banyak tentang kawasan tersebut, terutama Inggris. Bagaimanapun, Inggris tertarik untuk membatasi kekuatan Jerman dan memberi penghargaan kepada Serbia atas perannya dalam perang, tetapi wilayah itu tidak penting bagi mereka.

Sedangkan kebijakan Prancis cukup jelas. Untuk membentuk lingkaran negara-negara sahabat yang kuat yang dapat menggantikan hilangnya Russia sebagai sekutu, dan bertindak sebagai penjaga keamanan untuk mencegah pengaruh Bolshevisme menyebar keluar dari Russia.

Kebijakan ini tampaknya semakin mendesak pada 1919 karena tampaknya, terutama ketika Republik Soviet Hungaria dibentuk, revolusi itu mungkin melanda seluruh Eropa. Kepentingan Italia difokuskan terutama pada Yugoslavia, yang akan berbagi perbatasan. Meskipun rival lama Italia, Austria, telah dikalahkan, dam Perdana Menteri Vittorio Orlando khawatir akan terjadi konflik dengan tetangga barunya terkait wilayah perbatasan.

Dalam konferensi perdamaian Orlando mengatakan: "Untuk luka dan rasa malu kami. Yugoslavia akan menggantikan Austria, dan segalanya akan menjadi tidak memuaskan seperti sebelumnya," tulis sejarawan Margaret Macmillan dalam bukuParis 1919: Six Months That Changed the World, (Macmillan, 2019).

Orang Italia bahkan diam-diam mendukung Hungaria Soviet dalam perjuangannya melawan Yugoslavia. Namun, tiga kekuatan besar umumnya memiliki beberapa pendapat yang sama, terutama dalam hal kesan mereka tentang Hungaria.

Orang Hungaria hanya diundang ke konferensi perdamaian pada Desember 1919 dan tiba pada awal Januari. Pada saat itu, draf perjanjian telah dibuat tanpa masukan mereka, sedangkan Perjanjian Saint-Germain, yang berhubungan dengan Austria, telah ditandatangani.

Bagi Pangeran Albert Apponyi, kepala delegasi Hungaria, draf proposal menjadi bacaan yang menyedihkan. Menurut ketentuan, perbatasan yang baru tidak akan mencakup sebagian besar wilayah Kerajaan Hungaria sebelum 1918, dan bahkan beberapa wilayah dengan mayoritas Hungaria juga akan diberikan kepada negara-negara tetangga.

Ketika berita tentang persyaratan tersebut sampai ke Hungaria, suasana umum dari orang yang sadar politik adalah kemarahan. Media Hungaria bahkan menerbitkan artikel dalam bahasa Inggris untuk menarik perhatian sekutu. Mereka mencoba menyoroti skala kerugian teritorial dengan mencetak peta yang menunjukkan bagaimana Inggris Raya akan direduksi menjadi serupa.

Tetapi baik pers maupun delegasi tidak memiliki banyak pengaruh. Seperti perjanjian lainnya, tidak akan ada negosiasi tatap muka dan para delegasi hanya dapat mengajukan proposal tertulis. Ada secercah harapan bagi Hungaria, karena Albert Apponyi ketua delegasi Hungaria akan diberi kesempatan untuk melakukan presentasi di depan para pemimpin konferensi. hay/I-1

Baca Juga: