» Saat krisis pangan, setiap negara akan berupaya memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.

» Petani baru memiliki kemampuan sebatas mengolah lahan, perlu meningkatkan kapasitasnya agar memperoleh keuntungan yang lebih baik.

JAKARTA - Indonesia butuh lebih banyak agripreneur dan petani milenial untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan di masa pandemi Covid-19. Petani tersebut harus dijamin keberlanjutan mata pencahariannya dengan penguasaan teknologi pertanian yang modern.

Kepala Perwakilan International Fund for Food and Agriculture (IFAD) Indonesia, Ivan Cossio Cortez, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (27/4), mengatakan pembangunan pertanian harus didukung transformasi perdesaan yang inklusif.

"Masyarakat perdesaan, khususnya petani, diharapkan dapat menjalankan mata pencaharian yang berkelanjutan," katanya.

Petani di Indonesia, jelasnya, sudah memiliki kemampuan mengolah lahannya secara produktif, namun peran pemerintah dalam menyinkronkan cara tradisional ke pertanian modern perlu ditingkatkan agar petani mendapatkan nilai tambah dan keuntungan yang lebih.

Begitu pula dengan upaya mendorong tumbuhnya agripreneur dan petani milenial melalui program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) sangat penting digalakkan.

Selain itu, Cortes juga menekankan pentingnya pemberdayaan masyakarat tani pada program Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling Up Initiative (READSI) dan pengembangan agribisnis dan penguatan sistem kelembagaan pada program UPLAND.

"Hal itu penting mengingat dunia sedang dalam ancaman krisis pangan yang diperparah dengan pandemi," kata Cortez seperti dikutip dari Antara.

Dia juga mengapresiasi penggunaan teknologi agriculture war room (AWR). AWR, jelasnya, memiliki kegunaan dan potensi yang besar dalam memberikan informasi yang akurat bagi petani di Indonesia. "Teknologi tinggi AWR sangat membantu para petani mendapatkan informasi yang tepat, kapan petani harus tanam maupun panen. Saya kagum, melalui AWR kita bisa mengetahui apa yang sedang terjadi dari seluruh wilayah di Indonesia," ungkap Ivan.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan kerja sama dengan IFAD terealisasi melalui penguatan kostratani di 5.733 Badan Penyuluh Pertanian di seluruh Indonesia, dan pembangunan petani pengusaha milenial.

Transformasi Perdesaan

Dalam kesempatan terpisah, Pakar Pertanian dari Universitas Trunojoyo Madura, Ihsannudin, mengatakan kedaulatan pangan harus dibangun untuk mengantisipasi datangnya krisis. Sebab itu, pembangunan pertanian membutuhkan dukungan transformasi perdesaan yang inklusif demi mencapai kedaulatan pangan.

"Itu mengapa kedaulatan pangan menjadi penting pada sebelum dan terlebih pada saat terjadi krisis dan pandemi. Setiap negara pastinya akan berpikir dalam pemenuhan dalam negerinya masing-masing," kata Ihsannudin.

Mata pencaharian yang berkelanjutan dapat dijawab dengan pendekatan sustainable livelihood approach. Pendekatan itu untuk menjawab kondisi shock, seperti bencana, tren atau perubahan zaman, maupun seasonality (musiman). "Itu semua akan berjalan manakala panca kapital (natural, physical, human, social, and financial) dapat digali dan didayagunakan dengan pengelolaan kelembagaan yang baik," pungkasnya.

Sementara itu, Peneliti Ekonomi Indef, Nailul Huda, mengatakan selain petani milenial, teknologi pertanian juga perlu ditingkatkan terutama pemerataan ke daerah-daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). "Faktor information, communication, technology (ICT) dapat memperkuat sektor pertanian secara umum," kata Nailul.

Petani milenial, tambahnya, merupakan generasi yang melek dan aware terhadap teknologi, sehingga kehadiran ICT akan menambah minat dari petani milenial. "Beberapa tahun terakhir, terjadi pemanfaatan ICT di sektor pertanian terutama di sektor pemasaran," katanya.

Dengan teknologi, dia berharap biaya penjualan produk pertanian bisa tereduksi dan menambah penghasilan bersih dari petani. Semakin tinggi penghasilan bersih petani maka semakin tertarik pula generasi milenial menekuni kembali sektor pertanian. n SB/ers/E-9

Baca Juga: