Selain dapat mengurangi kemacetan, pemanfaatan AI bisa membantu masyarakat dalam efisiensi bahan bakar kendaraan serta mengurangi polusi.
JAKARTA - Dinas Perhubungan DKI Jakarta berencana memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mengatur lalu lintas dalamupaya menekan kepadatan kendaraan bermotor. "Secara garis besar, Google akan menggunakan teknologi AI menganalisis volume lalu lintas di persimpangan," kata Kepala Unit Pengelola Sistem Pengendalian Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta,Emanuel Kristanto, di Jakarta, Jumat (9/12).
Untuk upaya itu, Dinas Perhubungan DKI menggandeng perusahaan raksasa mesin pencarian, Google, guna menerapkan AI di sejumlah persimpangan jalan Ibu Kota. Nantinya, kata dia, AI memberikan rekomendasi waktu nyala hijau lampu lalu lintas (traffic light) persimpangan jalan yang optimal kepada Dinas Perhubungan DKI.
"Data dikirimkan ke Dinas Perhubungan, lalu kami aplikasikan di lapangan," katanya. Kerja sama Pemerintah Provinsi DKI dengan Google diharapkan menekan kepadatan lalu lintas dan kemacetan yang kerap menjadi momok pengendara, khususnya saat jam sibuk. Meski demikian, Emanuel belum dapat memberikan penjelasan detail karena teknis merupakan kewenangan Google.
Kemacetan di Jakarta menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pemprov DKI Jakarta seperti ditekankan Presiden Joko Widodo kepada Penjabat Gubernur DKI Heri Budi Hartono. Polda Metro Jaya sebelumnya mengungkapkan taraf kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta sudah berada di level parah.
Direktur Lalu Lintas (Dirlantas)Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Latif Usman pada Selasa (23/8) menjelaskan, tingkat kemacetan di Jakarta mencapai 48 persen. Karena itu, Polda Metro mengeluarkan gagasan salah satunya dengan mengatur jam kantor bagi pekerja di DKI Jakarta agar kemacetan terurai.
Sedangkan lembaga pemeringkat kemacetan kota dunia, Tomtom International BV, mengungkapkan pada tahun lalu, tingkat kemacetan Jakarta mencapai 34 persen. Realisasi itu menurut lembaga tersebut menurun dibanding 2020 yang mencapai 36 persen.
Emanuel Kristanto mengungkapkan AI disiapkan beroperasi tahun depan dengan menganalisis beberapa titik di persimpangan lalu lintas yang sering macet. "Tentu tidak diharapkan kemacetannya langsung hilang. Tidak secepat atau sejauh itu. Dari data analisis lalin, kami ingin mengetahui dan mengurai sumber kemacetan dari mana," kataEmanuel.
Pertama Asean
Adapun teknologi kecerdasan buatan yang digunakan untuk proyek ini berupa machine learning dan cloud. Proyek tersebut bernama Green Light. DKI Jakarta menjadi kota pertama Asia Tenggara yang memanfaatkan AI untuk membantu menganalisis kemacetan kota.
Emanuel juga berharap selain dapat mengurangi kemacetan, pemanfaatan AI bisa membantu masyarakat efisiensi bahan bakar kendaraanserta mengurangi polusi. Adapun pihak swasta yang berkolaborasi dalam proyek Green Light ini ialah Google Indonesia. Kerja sama telah dikukuhkan dalam nota kesepahaman yang diteken November.
Proyek ini sudah diterapkan di beberapa kota yang kerap menjadi titik kemacetan di negara-negara lain. Salah satu contoh keberhasilan proyek ini Kota Bengalore, India, dengan membantu efisiensi mobilitas hingga 20 persen dari kondisi kemacetan normal. Menariknya, AI yang digunakan tidak membutuhkan biaya tambahan saat beroperasi. Dia juga mampu memberikan rekomendasi yang efisien dalam praktiknya.
"Teknologi AI memungkinkan Google menganalisis data tanpa sensor tambahan atau bahkan mengubah infrastruktur, sebelum mengirimkan rekomendasi ke dinas kota. Kemudian menerapkan cara-cara untuk mengoptimalkan pengaturan," kata VP of Engineering and Research Google, Yossi Matias.