JAKARTA - Pemerintah belum memiliki strategi jitu mengatasi gejolak harga pangan global. Selama ini kebijakan yang ditempuh cenderung bersifat reaksioner sehingga opsinya tinggal impor ketika harga pangan global bergejolak.

Peneliti Ekonomi Celios, Nailul Huda mengatakan, mengacu pada data World Bank, harga komoditas pangan terutama beras naik cukup tinggi pada 2023 dibandingkan 2022. Kenaikan harga tersebut berasal dari fenomena El Nino yang menurunkan produktivitas lahan pangan, utamanya beras.

Dia menambahkan fenomena El Nino bisa diprediksi dan sudah disampaikan pada 2022. "Artinya, pemerintah punya waktu dari tahun 2023 untuk menyiapkan mitigasi pangan menghadapi el nino. Namun kenyataannya kebijakan yang dibuat tidak prudent. Menghasilkan harga pangan yang lebih tinggi," ucapnya kepada Koran Jakarta, Rabu (29/5).

Huda berpandangan kenaikan harga pangan global tidak disikapi dengan peningkatan produksi oleh pemerintah tetapi menunggu harga naik baru bertindak di tingkat konsumen. "Kebijakan kita adalah kebijakan reaksioner, bukan preventif. Ini yang harus diubah," tegas Huda.

Dia menilai pemerintah membuat seperti kebijakan tiba saat tiba akal. Maka yang ditempuh ialah kebijakan yang bersifat reaksioner "Paling mudah dalam kebijakan ini ya impor. Harusnya kebijakan preventif seperti membeli gabah dengan harga tinggi sehingga stok bulog melimpah, petani terpacu untuk berproduktivitas lebih tinggi," tandasnya.

Hanya saja, dari fakta di lapangan, harga Bulog tidak menarik bagi petani, masih kalah dari pihak swasta, sehingga menghambat serapan.

Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti mengatakan, harga pangan dunia memang sedang mengalami kenaikan, tepatnya harga minyak dunia yang naik kemudian berdampak pada harga barang lainnya. "Tetapi kalau kita bisa swasembada pangan sendiri maka harga pangan di Indonesia tidak tergantung harga pangan di global market," ungkap Esther.

Menurut Esther, komitmen swasembada pangan masih sangat lemah. Karena itu, penting bagi Indonesia untuk mengupayakan swasembada pangan.

Langkah Antisipasi

Seperti diketahui, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyiapkan beberapa langkah guna mengantisipasi kenaikan harga pangan dunia. Kepala Bapanas Arief Prasetyo mengatakan, realita yang terjadi saat ini harga pangan dunia sedang naik.

Atas dasar itu, Indonesia menurutnya perlu tanggap menangani ini agar lonjakan harga tidak separah di negara-negara lain. "Kalau kita lihat kan hampir semua barang-barang ini naik, hampir semua. Apalagi impor, dollar AS sekarang 16.000 rupiah. Antisipasinya produksi dalam negeri," papar Arief.

Baca Juga: