Pemulihan ekonomi nasional saat ini dihadapkan pada sejumlah risiko meliputi inflasi tinggi dan kenaikan angka kemiskinan dan pengangguran.

JAKARTA - DPR RI mengingatkan pemerintah agar berhati-hati menyusun dan merealisasikan kebijakan fiskal. Berdasarkan data dari World Bank atau International Monetary Fund (IMF), ekonomi 60 negara di dunia akan ambruk.

Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Negara (BAKN) DPR RI, Anis Byarwati, mengatakan tentu saja ini menjadi warning bagi Indonesia khususnya. "Artinya, Indonesia harus ekstra hati-hati melaksanakan kebijakan fiskal. Apalagi di tengah kondisi dunia yang sedang menghadapi ancaman krisis pangan dan energi," katanya di Jakarta, Senin (20/6).

Indonesia, lanjut dia, juga pasti menjadi salah satu negara yang terdampak kondisi tersebut. "Himpitan harga-harga yang melambung tinggi, kenaikan angka kemiskinan dan pengangguran, serta proses pemulihan ekonomi pasca Covid-19 masih menjadi masalah nasional," ujar Anggota Komisi XI DPR RI ini.

Menurutnya, pemerintah harus waspada dan tepat dalam melaksanakan setiap kebijakan, termasuk dalam pengelolaan APBN. Apalagi sekarang sedang dalam tahap penyusunan anggaran 2023.

Karena itu, politik anggaran negara sangat penting untuk memastikan bahwa APBN disusun sebesar-besarnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sebagaimana dimandatkan oleh konstitusi.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi menyebut perekonomian dunia kini tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Sederet ancaman menanti, bahkan bisa mengakibatkan puluhan negara berisiko mengalami kejatuhan ekonomi. "Bank Dunia, IMF menyampaikan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya, yang 40 diperkirakan pasti," kata Presiden Joko Widodo, Rabu (14/6).

Situasi ini disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang belum selesai disambung oleh perang Russia dan Ukraina. Banyak negara kini harus menghadapi lonjakan harga energi dan pangan sehingga membuat inflasi meroket. Laporan Bank Dunia menyebutkan beberapa negara berisiko menghadapi resesi. Salah satunya Russia dengan proyeksi pertumbuhan minus 8,9 persen. Negara lainnya adalah Ukraina dengan terkontraksi 45,1 persen, Kirgistan terkontraksi 2 persen dan Moldova terkontraksi 0,4 persen.

Kawasan Amerika Latin juga tak luput dari risiko kejatuhan ekonomi tahun ini. Negara di Amerika Latin yang rentan resesi meliputi Meksiko, Cile, Argentina, Kolombia, El Savador, Paraguay, dan Peru. Sementara itu, untuk kawasan Timur Tengah ada Lebanon dan Suriah yang alami kontraksi, di mana masing-masing -6,5 persen dan -2,6 persen. Nasib buruk juga diperkirakan menimpa Maroko.

Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan penanganan Covid nasional berjalan efektif. Pemulihan Ekonomi Nasional telah membuat aktivitas perekonomian kembali meningkat. Tercatat pada Kuartal I-2022, pekonomian nasional tumbuh 5,01 persen (yoy).

Stabilitas Harga

Terkait kenaikan harga bahan bahan pokok, Airlangga menyatakan hal itu perlu menjadi perhatian Pemerintah Daerah. Pemda perlu melakukan berbagai upaya stabilisasi harga kebutuhan pokok di masing-masing daerah. Pada Mei lalu, sebanyak 21 provinsi melaporkan inflasi di atas rentang target pemerintah sekitar 2-4 persen.

Menko Airlangga menegaskan daerah dengan inflasi tinggi tersebut perlu melakukan pengendalian harga agar daya beli masyarakat dapat terjaga untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Baca Juga: