Keberlanjutan program-program Merdeka Belajar sudah dipikirkan sejak awal penyusunan

JAKARTA - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, mengungkapkan keberlanjutan program-program Merdeka Belajar sudah dipikirkan sejak awal penyusunan. Hal tersebut penting mengingat Indonesia tengah menjalani proses Pemilu yang berpotensi mengubah kebijakan di berbagai sektor, termasuk pendidikan.

"Di awal pertemuan ketika kami memutuskan apa yang harus dilakukan, kami menyaring berbagai aktivitas berdasarkan dampaknya. Bukan hanya dampak yang membuat kami memutuskan apa yang harus diprioritaskan, tetapi juga tidak bisa dibalikkan," ujar Nadiem, dalam Silaturahmi Merdeka Belajar, secara daring, Kamis (1/2).

Dia mencontohkan, para Guru Penggerak akan menjadi pemengaruh atau influencer. Menurutnya, guru-guru tersebut akan mengubah guru-guru lain ke paradigma Merdeka Belajar seiring berjalannya waktu.

"Mereka adalah orang-orang yang percaya pada Merdeka Belajar dan pelatihan mereka selama senam sampai sembilan bulan adalah tentang keyakinan dan perubahan pola pikir serta pelatihan kepemimpinan untuk memengaruhi para guru di sekitarnya. Maka hal itu sulit untuk diputar kembali," jelasnya.

Nadiem menambahkan, kebijakan terkait kurikulum dapat membuat program-program Merdeka Belajar tetap berlanjut. Saat ini sudah sekitar 70-80 persen sekolah secara sukarela mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

"Akan sangat sulit bagi seseorang untuk menerapkan kurikulum yang sama sekali baru ketika mereka telah memilih untuk menggunakan kurikulum itu," katanya.

Dia menyebut, faktor ketiga adalah revolusi digital yang ada dalam program Merdeka Belajar. ruf/S-2

Baca Juga: