Judul : Man's Search for Meaning
Penulis : Viktor E Frankl
Penerbit : Noura Books, Jakarta
Cetakan : Pertama, Desember 2017
Tebal : xxii + 234 halaman
ISBN : 978-602-385-416-5
"Segala sesuatu yang tidak membunuh, membuat saya menjadi lebih kuat." Demikian ujar Nietzsche. Viktor E Frankl (1905-1997), seorang neuorolog dan psikiater terkemuka Eropa, telah membuktikan pernyataan ini. Frankl selama tiga tahun (1942-1945) pernah berada di empat kamp konsentrasi yang berbeda, termasuk Auschwitz. Di antara kekejaman, keganasan, dan penderitaan di kamp, Frankl menemukan dan berhasil merefleksikan banyak hal yang kemudian dituliskannya setelah bebas.
Dari situ, lahirlah buku Man's Search for Meaning yang telah dicetak ulang lebih dari 100 kali dalam edisi bahasa Inggris dan diterbitkan dalam 49 bahasa. Melalui buku ini, Frankl kemudian dikenal sebagai pendiri teori psikologi logoterapi. Frankl menyatakan, dorongan utama manusia dalam hidup bukanlah untuk mencari kesenangan atau kepuasan atau kekuasaan.
Logoterapi meyakini, perjuangan untuk mencari makna dorongan utama manusia. Karena itu, logoterapi lebih memfokuskan pada masa depan untuk membantu seseorang menemukan makna hidup melalui proses analitis (hlm 142-143). Manusia yang tidak dipandu makna hidup akan mengalami kehampaan eksistensial. Ini fenomena yang mewabah khususnya sejak abad ke-20. Karena menjalani hidup tanpa orientasi makna jelas, manusia kemudian mengubah arah hidup untuk mencari kesenangan belaka (hlm 155).
Dalam pandangan logoterapi, makna hidup tidak bersifat abstrak, tapi harus ditemukan yang spesifik. Dalam pengertian sederhana, dia tugas unik dalam hidup sehari-hari. Hidup dengan tugas khusus yang disadari bagi Frankl juga sebentuk pertanggungjawaban atas hidup itu sendiri.
Pengalaman Frankl hidup di kamp selama tiga tahun membuktikan makna hidup sangat penting saat seseorang menjalani pengalaman negatif atau penderitaan. Orang yang relatif memiliki makna hidup akan lebih mudah bertahan menghadapi berbagai bentuk ancaman fisik dalam tahanan. Frankl memberi kesaksian, kekuatan batin manusia bisa berdiri lebih tinggi dari nasib fisiknya (hlm 98).
Kehidupan di kamp yang sangat kejam tidak hanya dapat menumpulkan emosi seseorang, tapi juga dapat membunuh harapan. Namun, bagi seseorang yang kebebasan batinnya masih terawat baik, orientasi makna hidupnya dapat menjadi tempat berlindung dari kehampaan dan keterasingan (hlm 54).
Pada titik ini, logoterapi menempatkan kebebasan positif di tempat istimewa pada kehidupan seseorang. Kebebasan positif secara sadar dan aktif mengorientasikan hidup pada titik tujuan tertentu atau menentukan sikap dalam setiap keadaan. Dia akan dapat menjadi benteng dan sekoci penyelamat bagi seseorang yang sedang berada di titik penderitaan terberat.
Dengan kekuatan kebebasan batin dan spiritual hebat, penderitaan sebagai sebuah nasib tak terhindarkan akan dilihat sebagai kesempatan memperdalam makna hidup. Bahkan, andai perlu penderitaan dilihat sebagai bagian dari tugas hidup. Berbekal orientasi makna hidup yang kuat, perasaan lemah dan takut tersingkir, sebagai ganti yang muncul keberanian.
Di tengah beratnya beban hidup kini yang rawan menciptakan kegalauan, kecemasan, dan bahkan kehampaan eksistensial, buku ini membawa pesan kuat dalam kondisi terburuk pun hidup berpotensi memiliki makna. Tugas manusialah menemukannya. Buku berusaha memupuk optimisme dan memperluas cakrawala harapan.
Diresensi M Mushthafa, Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Sumenep, Jawa Timur