JAKARTA - "Saya bangga, kalian adalah pelaksana-pelaksana pertempuran di garda depan yang face-to-face berhadapan dengan musuh." Pernyataan tersebut dilontarkan Pangdam XVIII/Kasuari, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa hadapan 174 Siswa Dikjurta Abit Dikmata PK TNI AD Gel. II TA. 2020 (OV) Kecabangan Infanteri.

Hari itu, Sabtu (3/7) Pangdam XVIII/Kasuari yang juga mantan Danjen Kopassus ini memimpin acara penutupan Latihan Yuddhawastu Pramukha dan Tradisi Pembaretan yang digelar di pantai Abreso, Ransiki, Manokwari Selatan Papua Barat. Kata jenderal baret merah ini, 174 Siswa Dikjurta Abit Dikmata PK TNI AD inimampu melakukan demonstrasi yang seharusnya dilakukan ketika di batalyon.

"Apa yang sudah kalian dapatkan sudah cukup modal dengan gagah berani untuk masuk ke satuan, karena bekal ilmu yang diberikan oleh para pelatih sudah cukup untuk menjadi seorang prajurit," kata Jenderal Cantiasa seperti dikutip dari keterangan tertulis Dispenad yang diterima Koran Jakarta, Selasa (6/7).

Dikjurta Infanteri sendiri merupakan pendidikan spesialisasi pendidikan keahlian di bidang infanteri. Acara penutupan tersebut merupakan tradisi pembaretan dan juga penyematan brevet Infanteri sebagai spesialisasi Yudha Wastu Pramukha yang bermakna pelaksana atau alat perang yang terdepan atau alat perang yang utama.

Menurut Jenderal Cantiasa, Korps Infanteri memiliki mobilitas tinggi bergerak dengan kaki. Sehingga ibaratnya gunung setinggi apapun bisa didaki. Selain itu, kata Cantiasa, seorang prajurit infanteri harus mampu bergerak di air dan darat.

"Dan nanti dia juga harus mampu di udara. Sehingga ia berharap keseriusan dalam pengambilan brevet karena banyak yang mengalami kegagalan. Kita ingin sebagai prajurit Kodam XVIII/Kasuari adalah prajurit yang professional, harus memiliki kemampuan yang tanggap, tanggon dan trengginas, fisik harus prima, akademik pengetahuan juga harus cerdas," ujarnya.

Prajurit Kodam XVIII/Kasuari, kata Cantiasa lagi, harus mempunyai jiwa Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan juga jiwa Pancasila. Semua itu sudah diikrarkan dalam pembaretan."Itulah pedoman kita bergerak sebagai seorang prajurit," tukasnya.

Mengenai acara pembaretan yang tidak dihadiri oleh orang tua siswa, menurut Cantiasa, karena saat ini sedang ada pandemi Covid-19, dimana setiap acara harus dilaksanakan dengan protokol kesehatan. Ia minta para siswa tidak kecewa. Sebab prajurit Infanteri sudah terbiasa.

"Karena prajurit yang hebat, prajurit infanteri dilahirkan bukan dalam situasi kenyamanan, namun dilahirkan melalui penderitaan dan dari keterbatasan, itulah prajurit yang hebat,"tegasnya.

Di akhir arahannya, orang nomor satu di Kodam Cendrawasih ini mengajak kepada para siswa untuk terus membulatkan tekad sebagai Prajurit TNI dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Siapapun yang mau merongrong, mengganggu, mengancam kedaulatan negara ini, kita yang tampil di depan," ujarnya.

Prajurit infanteri, kata dia, menjadi Bhayangkari negara karena digaji oleh negara. Dan tugas sebagai TNI adalah kehormatan.

"Jadi kehormatan itu kalian harus jawab dengan kebutan tekad menjaga NKRI melindungi masyarakat dari segala ancaman," pungkasnya.

Baca Juga: