Pemerintah perlu memperkuat check point lalu lintas ternak yang ada dan melakukan koordinasi lintas wilayah yang berbatasan.

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan perhatian serius terhadap merebaknya kasus penyakit antraks yang menyerang ternak sapi dan kambing di Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul, Provinsi DI Yogyakarta (DIY). Jika tak ditangani serius, dikhawatirkan bisa mengancam pasokan pangan hewani jelang Idul Fitri

Kasus ini telah ditangani dengan mengintensifkan desinfeksi, vaksinasi dan pengawasan lalu lintas ternak. Terbukti, sejak 8 Maret 2024 sudah tidak ditemukan lagi kasus kematian ternak yang diduga antraks.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Nasrullah, mengungkapkan kasus ini menjadi perhatian Bapak Menteri Pertanian untuk segera diambil langkah-langkah preventif agar tidak meluas.

"Inilah kepedulian pemerintah terhadap rakyat. Harapannya yaitu wilayah kasus bisa kita isolir. Pemerintah jangan sampai lengah terhadap vaksinasi antraks. Stok vaksin kita lebih dari cukup dan tidak impor. Kita produksi sendiri," katanya saat memberikan sambutan pada kegiatan Vaksinasi untuk Pencegahan Antraks di Balai Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Selasa (19/3).

Nasrullah menyoroti pentingnya pemahaman lebih baik dari peternak tentang upaya menjaga kesehatan ternak dan mencegah agar kasus antraks tidak terulang.

"Sangat penting bagi peternak untuk memahami bahaya antraks dan langkah-langkah pencegahannya. Edukasi harus rutin diberikan kepada peternak dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat," ungkapnya.

Nasrullah menambahkan, perlu memperkuat check point lalu lintas ternak yang ada dan melakukan koordinasi lintas wilayah yang berbatasan. "Aparat Kepolisian juga diharapkan menindak oknum yang menjual ternak sakit atau ternak mati yang diduga antraks," tegas Nasrullah.

Pada kesempatan sama, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menjelaskan pihaknya berupaya mendata kelompok ternak di Kabupaten Sleman dan turut memantau perdagangan ternak secara ketat, terutama wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, menjadi fokus utama dalam pemantauan.

Dia juga membeberkan telah dilakukan pengobatan dan pemberian vitamin terhadap 143 ekor sapi dan 224 ekor kambing/domba. Vaksinasi juga terus dilakukan pada zona kuning, yaitu di Dusun Nawung, Kalinongko, dan Kalinongko Lor. Hal iti dilakukan beserta jajaran Pemda Sleman agar penyebaran antraks berhenti.

Tidak hanya itu, dia menyampaikan perlu dukungan Pemprov DIY dan lurah setempat untuk melakukan sosialisasi dan edukasi agar ternak diduga antraks tidak dikonsumsi dan diperjualbelikan.

Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin, menjelaskan penyakit antraks di DIY merupakan kasus yang berulang dan hal ini disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah ketidaktahuan masyarakat terkait dengan bahaya antraks.

"Penyakit antraks sebenarnya adalah penyakit yang mudah ditangani kalau dilakukan vaksinasi secara rutin yaitu setiap tahun. Selain dengan cara vaksinasi, pemerintah melalui Balai Besar Veteriner bisa melakukan flooring atau semenisasi untuk daerah yg terkena antraks," tutur Nuryani.

Koordinasi Antarinstansi

Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY, Hery Sulistio Hermawan, juga menekankan pentingnya koordinasi antar-instansi dalam menangani kasus ini. Menurutnya, seluruh wilayah di DIY harus mengambil langkah tegas dan waspada menyusul munculnya kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul. II

Baca Juga: