Kardinal Myanmar menyerukan agar pertempuran antara pasukan keamanan dan anggota pemberontak lokal dihentikan setelah ada warga yang mencari perlindungan di gereja terbunuh.

NAYPYIDAW - Pemimpin Gereja Katolik Myanmar, Kardinal Charles Maung Bo, menyerukan agar serangan terhadap tempat-tempat ibadah diakhiri setelah dia mengungkapkan bahwa sebanyak 4 orang tewas dan lebih dari 8 terluka ketika sekelompok orang yang sebagian besar perempuan dan anak-anak mengungsi di sebuah gereja selama terjadinya pertempuran pada pekan ini.

Konflik antara tentara pemerintah dan pasukan pemberontak etnis yang menentang kekuasaan militer telah meningkat dalam beberapa hari terakhir di Myanmar timur, dekat perbatasan Negara Bagian Shan dan Kayah.

Menurut laporan penduduk dan media, dalam pertempuran antara puluhan pasukan keamanan dan anggota pemberontak lokal mengakibatkan puluhan korban jiwa dari kedua belah pihak. Warga sipil juga ikut terbunuh dan ribuan orang telah meninggalkan rumah mereka.

"Dengan kesedihan dan rasa sakit yang luar biasa, kami mencatat penderitaan kami atas serangan terhadap warga sipil yang tidak bersalah, yang mencari perlindungan di Gereja Hati Kudus, Kayanthayar," kata Kardinal Charles Maung Bo, yang merupakan Uskup Agung Yangon, dalam sebuah surat yang diunggah di media sosial Twitter pada Rabu (26/5).

Kardinal Bo menyatakan bahwa gereja yang ada di Distrik Loikaw, ibu kota Negara Bagian Kayah di perbatasan Myanmar dengan Thailand itu mengalami kerusakan parah selama terjadinya serangan pada Minggu (23/5) malam lalu.

Penduduk Myanmar didominasi pemeluk agama Buddha, tetapi beberapa daerah termasuk Kayah, memiliki komunitas Kristen yang cukup besar.

"Tindakan kekerasan, termasuk penembakan terus menerus, menggunakan persenjataan berat terhadap kelompok warga yang ketakutan yang sebagian besar terdiri dari kaum perempuan dan anak-anak, telah menyebabkan penderitaan dan korban. Ini harus dihentikan, kami memohon kepada Anda semua, mohon untuk tidak meningkatkan perang," kata dia.

Kardinal Bo pun mengatakan bahwa gereja, rumah sakit dan sekolah selama terjadinya konflik, dilindungi oleh konvensi internasional.

Picu Pengungsian

Dalam pernyataannya, Kardinal Bo juga mengatakan bahwa serangan itu telah memicu lebih banyak warga untuk melarikan diri ke hutan yang kini jumlahnya diperkirakan lebih dari 20.000 orang dan kini mereka amat membutuhkan makanan, obat-obatan dan alat-alat kesehatan.

Penduduk lain di daerah itu mencoba membantu orang-orang yang mengungsi pada Rabu memperkirakan jumlah warga yang telah meninggalkan rumah mereka meningkat menjadi antara 30.000 dan 50.000 orang dan ada dari mereka yang menggunakan gereja untuk berlindung.

"Kaum lansia dan anak-anak berlindung di gereja-gereja. Semua gereja telah memasang bendera putih untuk menghentikan gempuran," kata seorang perempuan berusia 20 tahun yang meminta agar jati dirinya dirahasiakan, sembari mengatakan bahwa situasi di daerah tersebut hingga saat ini tetap tegang. SB/AlJazeera/I-1

Baca Juga: