Metode pencelupan kain dalam pewarnaan segera akan menjadi bagian dari masa lalu. Baru-baru ini, seorang ilmuwan Australia telah menemukan cara mengembangkan tanaman kapas yang dapat tumbuh dengan warna alami.

Pakar bioteknologi di Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), Colleen MacMillan, percaya bahwa "terobosan" ini dapat mengubah industri tekstil global.

"Kapas secara alami berwarna putih, tetapi membuat tanaman kapas menghasilkan serat warnanya sendiri adalah sebuah perubahan," jelas MacMillan.

Selama ini, metode pencelupan kain membutuhkan banyak air dan menimbulkan dampak limbah yang menjadi sumber polutan di seluruh dunia. Bahkan, beberapa zat pewarna tidak pernah terurai dalam air, sementara yang lain menghasilkan zat berbahaya selama proses tersebut.

Kini, para ilmuwan sedang berusaha mencari cara lain, termasuk kapas bebas kerut dan jenis kapas elastis dari serat sintetis.

Limbah tekstil sebagian besar terdiri dari zat warna yang digunakan untuk proses pencelupan dan pencapan pada kain. Jenis zat warna yang paling sering digunakan dalam kegiatan industri adalah zat warna reaktif azo seperti Remazol Red RB 133.

Limbah zat warna ini akan sulit terurai dan menyebabkan pencemaran bila dibuang tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu.

Industri tekstil memiliki peran yang cukup besar terhadap perekonomian nasional dan juga merupakan penyumbang devisa nonmigas terbesar di Indonesia. Selain memberikan keuntungan ekonomi, hal ini juga berdampak kepada kuantitas limbah yang dihasilkan baik padat, cair ataupun gas.

Limbah tekstil khususnya limbah cair yang dibuang tanpa mengalami pengolahan yang optimal, tentu akan mencemari badan air penerima sehingga menjadi tidak layak untuk dikonsumsi dan tidak layak dimanfaatkan bagi perikanan maupun pertanian. n euronews/SB/P-4

Baca Juga: