JAKARTA Setidaknya 40 orang tewas di laut setelah sebuah kapal yang membawa imigran Haiti terbakar, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di Port-au-Prince pada hari Jumat (19/7).
Mengutip Guardian, kapal yang membawa lebih dari 80 orang itu berangkat dari Fort Saint-Michel di utara Haiti, menuju Kepulauan Turks dan Caicos, kata IOM dalam sebuah pernyataan, mengutip otoritas migrasi negara Karibia itu.
Sebanyak 41 orang selamat dari kebakaran dan diselamatkan oleh penjaga pantai Haiti. Saat ini, mereka menerima perawatan dan dukungan yang disediakan oleh IOM, dan 11 dari mereka dibawa ke rumah sakit terdekat, bunyi pernyataan itu.
Penumpang di kapal tersebut menggunakan korek api untuk menyalakan lilin dalam sebuah ritual untuk memohon keselamatan, namun justru menyebabkan drum berisi bensin terbakar dan meledak, kata Jean-Henri Petit, yang mengepalai kantor perlindungan sipil di Haiti utara, kepada Miami Herald.
"Peristiwa yang menghancurkan ini menyoroti risiko yang dihadapi anak-anak, wanita, dan pria yang bermigrasi melalui rute yang tidak teratur," kata kepala misi IOM di Haiti, Gregoire Goodstein, dalam sebuah pernyataan.
Goodstein juga menekankan bahwa kekerasan ekstrem yang dipicu oleh geng di Haiti selama beberapa bulan terakhir telah mendorong warga Haiti "untuk melakukan tindakan putus asa", meninggalkan negara itu.
Ratusan polisi Kenya telah tiba di Haiti selama bulan Juli sebagai bagian dari misi yang telah lama tertunda untuk membantu polisi Haiti memerangi geng-geng bersenjata yang telah menguasai sebagian besar ibu kota, Port-au-Prince. Kekerasan telah memicu krisis kemanusiaan, menyebabkan hampir 600.000 orang meninggalkan rumah mereka dan 5 juta orang mengalami kerawanan pangan yang parah.