YOGYAKARTA - Universitas Gadjah Mada resmi melepas varietas padi unggul inbrida G7 dengan nama Gamamora 7 ke publik setelah mengantongi surat keputusan (SK) persetujuan varietas dari Menteri Pertanian pada 28 Maret lalu.

Dalam surat keputusan tersebut, padi Gamagora 7 dipandang mampu untuk meningkatkan produksi padi dan dianggap varietas unggul yang memiliki peran penting dan potensial dalam usaha meningkatkan ketahanan pangan karena memiliki keunggulan potensi hasil produksi yang tinggi dan memiliki ketahanan terhadap hama wereng dan penyakit serta cocok ditanam pada lahan sawah. maupun tadah hujan.

Dalam SK yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan RI, Suwandi, di Jakarta pada 28 Maret lalu dijelaskan bahwa Padi Gamagor 7 memiliki ketahanan terhadap hama wereng batang cokelat biotipe 2 dan memiliki ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III,penyakitledakanras 033, ras 073 dan ras 133 serta cocok ditanam pada lahan sawah maupun tadah hujan.

Selain itu, padai Gamagora 7 ini disebutkan berasal dari hasil mutan Rajalele Klaten dari golongan Indica.Padi ini memiliki potensi produksi mencapai 9,80 ton per hektar.Sedangkan rata-rata hasil kurang lebih 7,95 ton per hektar.Sedangkan umur panen sekitar 119 hari setelah semai.

Menanggapi atas dilepasnya padi Gamagora ini, anggota tim peneliti Dr. Taryono dan Supriyanta mengaku bersyukurjika padi Gamamora akhirnya mendapat persetujuan untuk dilepas sebagai varietas baru.Usai sudah penantian panjang mereka sejak tahun 2006 dengan tekun melakukan penelitian pada padi yang tangguh di lahan kering maupun lahan sawah.

"Kita ikut senang.Semakin menyemangati kita bahwa apa yang kita lakukan sudah membuahkan hasil," kata Taryono, Kamis (30/3).

Taryono menuturkan nama Gamagora merupakan kependekan dari nama Gama Gogo Rancah yang awalnya diteliti oleh empat orang namun pada perkembangannya menjadi 10 orang.

"Awalnya kami menanam di kebun Fakultas. Lalu uji multilokasi di PIAT UGM hingga berbagai tempat," katanya.

Dengan diluncurkan pada Gamagora 7 ini menurut Taryono maka sudah ada tiga jenis padi varietas padi yang pernah dilepas secara resmi oleh UGM. "Padi ini jadi varietas ketiga yang pernah diluncurkan oleh UGM," jelasnya.

Taryono bercerita bahwa produk Gamagroa berasal dari hasil radiasi mutan dari padi induknya, Rajalele yang terkenal sebagai padi dengan rasanya yang pulen.

Varietas padi "Amphibi" ini menurutnya dapat menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia yang menyebabkan adanya fenomena perubahan iklim global baik karena el-nino dan la-nina dan produksi fungsi lahan sawah ke sawah yang mencapai 96.512 hektar per tahun.

Baca Juga: