Dua kapal Inggris mengalami nasib buruk ketika melakukan ekspedisi menemukan rute Northwest Passage. Ketika kapal-kapal itu terjebak dalam es, membuat awaknya melakukan kanibalisme terhadap kapten dan awak lain yang meninggal.

Dua kapal Inggris mengalami nasib buruk ketika melakukan ekspedisi menemukan rute Northwest Passage. Ketika kapal-kapal itu terjebak dalam es, membuat awaknya melakukan kanibalisme terhadap kapten dan awak lain yang meninggal.

Kapal HMS Erebus dan HMS Terror adalah dua kapal yang digunakan oleh Sir John Franklin dalam pencariannya yang gagal pada tahun 1845 untuk menemukan Northwest Passage (JBL) atau Jalur Barat Laut.

JBL adalah nama untuk menyebut lintasan yang berasal dari sudut pandang Eropa dan Atlantik utara, dengan rute laut ke arah Samudra Pasifik melalui Samudera Arktik. Rute ini melewati sepanjang pantai utara Amerika utara dan melintasi perairan di Kepulauan Arktik Kanada.

Seperti yang telah diceritakan, pencarian rute JBL gagal total. Hal ini karena kedua kapal tersebut terperangkap dalam es di King William Sound (Selat Victoria) selama tiga tahun, yang mengakibatkan kematian semua awak kapal yang berjumlah 135 orang.

Hasil penelitian terbaru berhasil menemukan DNA yang mengidentifikasi jasad Kapten James Fitzjames, seorang perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris yang menghilang dalam ekspedisi Northwest Passage yang bernasib buruk di Kanada.

Fitzjames merupakan bagian dari ekspedisi yang dipimpin oleh Sir John Franklin yang berangkat pada ekspedisi tersebut berlayar dari Greenhithe, Kent, Inggris pada 19 Mei 1845. Ekspedisi tersebut bertujuan untuk menjelajahi JBL rute kapal Arktik yang menghubungkan Atlantik dengan Pasifik.

Hilangnya ekspedisi Franklin memicu upaya pencarian besar-besaran di Kutub Utara dan untuk mengungkap nasib ekspedisi tersebut selama serangkaian ekspedisi antara tahun 1848 dan 1866. Kedua kapal tersebut ditemukan terkurung es dan ditinggalkan oleh awaknya, yang semuanya meninggal karena kedinginan dan kelaparan.

Mereka yang tewas berusaha untuk melakukan perjalanan darat ke Fort Resolution, pos terdepan Perusahaan Teluk Hudson sejauh 970 kilometer di barat daya. Namun upaya ini juga gagal karena banyak yang meninggal selama perjalanan itu.

Ekspedisi pencarian pada 1980-an berupa otopsi awak kapal mengungkapkan bahwa ransum kalengan mereka mungkin telah tercemar oleh timbal dan botulisme. Sedangkan laporan lisan oleh penduduk Inuit setempat menyatakan beberapa awak kapal melakukan kanibalisme.

Apa yang dikatakan suku Inuit didukung oleh bukti bekas luka pada sisa-sisa kerangka awak kapal yang ditemukan di Pulau King William pada akhir abad ke-20. Setelah Frankin tewas, Fitzjames yang menjadi komandan HMS Erebus.

Namun kapal Fitzjames juga juga terperangkap di Pulau King William. Sisa-sisa kerangka banyak pelaut telah ditemukan di berbagai lokasi di pulau tersebut pada abad ke-19, tetapi Fitzjames hanyalah orang kedua yang berhasil diidentifikasi.

Ilmuwan mengungkap identitas seorang kapten yang dikanibal dari ekspedisi Northwest Passage yang bernasib buruk tahun 1845 hingga 1848. Dalam sebuah penelitian baru, tim ilmuwan Kanada telah mengisolasi DNA dari gigi yang menempel pada tulang rahang, yang ditemukan di tumpukan sekitar 400 tulang dan gigi manusia. Tim ilmuwan lalu mencocokkannya dengan kerabat yang masih hidup.

Penulis pertama penelitian tersebut, Douglas Stenton, seorang arkeolog di Universitas Waterloo di Kanada yang dibantu oleh rekan-rekannya untuk mengekstrak DNA dari gigi molar yang ditemukan pada tahun 1993. Mereka juga mengumpulkan sampel DNA dari 25 keturunan kru ekspedisi Franklin yang masih hidup.

Profil kromosom Y gigi tersebut cocok dengan salah satu kerabat yang masih hidup, yang merupakan sepupu kedua Fitzjames. Kedua sepupu tersebut memiliki leluhur dari pihak ayah yang sama kakek buyut Fitzjames.

Para peneliti telah mengetahui bahwa individu ini, yang sekarang diidentifikasi sebagai Fitzjames, kemungkinan besar telah dikanibal. Dalam analisis sebelumnya, bioarkeolog Anne Keenleyside (yang meninggal pada tahun 2022) menemukan bekas luka pada banyak jasad-jasad yang ditemukan, termasuk tulang rahang yang baru dianalisis.

Hal ini menunjukkan bahwa para penyintas memakan bagian tubuh Fitzjames dan tubuh pelaut lainnya, dalam upaya untuk mencegah kelaparan, kata penulis studi baru tersebut. Atas penemuan ini menjadikan Fitzjames sebagai korban kanibalisme pertama yang teridentifikasi di antara anggota ekspedisi tersebut.

"Ada kemungkinan bahwa dia adalah salah satu yang pertama meninggal di Pulau King William," tulis para penulis dalam studi tersebut, yang diterbitkan pada tanggal 24 September di Journal of Archaeological Science: Reports.

Catatan Fitzjames

Sebagian dari sejarah ekspedisi ini diketahui berkat Fitzjames, yang meninggalkan catatan yang tidak menyenangkan di tumpukan batu di Victory Point di Pulau King William. Pulau yang dalam bahasa Prancis disebut Île du Roi-Guillaume adalah sebuah pulau di Region Kitikmeot, Nunavut dan bagian dari Kepulauan Arktik Kanada dengan luas 12.516 kilometer persegi.

Catatan Fitzjames mendokumentasikan kematian beberapa anggota awak, termasuk Franklin, dan keputusan para penyintas untuk meninggalkan kapal dan berjalan kaki ke Back River di Nunavut, wilayah paling utara Kanada.

Namun mereka semua tewas sebelum mencapainya. Kemudian, dengan dipandu oleh suku Inuit, tim pencari menemukan sisa-sisa kerangka para pelaut di berbagai lokasi di Pulau King William. Serial TV AMC The Terror merupakan dramatisasi peristiwa horor dari ekspedisi ini.

Sisa jasad kerangka ini merupakan anggota kedua dari ekspedisi Franklin yang berhasil diidentifikasi. Pada tahun 2021, Stenton dan timnya mengidentifikasi jasad John Gregory, kepala teknisi HMS Erebus, dari DNA yang diekstraksi dari tengkoraknya.

Temuan tentang kanibalisme ekspedisi tersebut mendukung cerita lisan suku Inuit, yang telah menuntun para pencari ke sisa-sisa kerangka anggota ekspedisi.

Dalam paparannya, suku Inuit mengaku telah melihat 40 orang pria menarik perahu kapal di atas kereta luncur dan, tahun berikutnya, menemukan banyak mayat di dekat muara Sungai Back, beberapa di antaranya menunjukkan tanda-tanda kanibalisme. hay/I-1

Baca Juga: