Perguruan tinggi di Indonesia perlu terus berinovasi dalam menghasilkan produk-produk dari proses riset dan pengembangan. Melalui produk inovasi, perguruan tinggi bisa hadir di masyarakat untuk menyelesaikan tantangan-tantangan yang ada.
Meski begitu, hilirisasi atau pemasaran produk-produk inovasi masih jadi permasalahan. Kurangnya komunikasi jadi kendala hilirisasi tersebut. Para peneliti dan akademisi di perguruan tinggi kadang menghasilkan produk yang bukan kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, tak jarang dunia usaha dan dunia industri yang enggan memproduksi hasil inovasi
Untuk mengupas terkait ekosistem inovasi, Koran Jakarta mewawancarai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nizam. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana kondisi ekosistem inovasi di perguruan tinggi sekarang?
Jepang, Korea, dan Tiongkok berhasil menerapkan kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri sehingga kemajuan teknologi di negara itu sangat pesat. Hal tersebut diharapkan terjadi juga di Indonesia agar output dari perguruan tinggi bisa sesuai kebutuhan dunia nyata.
Kondisi perguruan tinggi dan industri di Indonesia masih berjalan sendiri-sendiri. Hal tersebut harus diantisipasi dengan melahirkan kerja sama antar-keduanya di lingkungan kampus. Kolaborasi ini tentu kita harapkan terjadi di setiap perguruan tinggi di Indonesia.
Bagaimana keterlibatan pemerintah dalam kolaborasi ini?
Kolaborasi tersebut harus mendapat dukungan dari pemerintah sebagai mediator dan regulator sehingga setiap pihak mendapat keuntungan dan lebih jauh lagi hasil kolaborasi tersebut bermanfaat bagi masyarakat. Lebih jauh lagi, produk-produk inovasi yang dihasilkan bisa menekan impor atau meningkatkan ekspor.
Apa upaya pemerintah dalam mendukung kolaborasi ini?
Kami sudah meluncurkan platform Kedaireka sebagai sarana informasi kepada masyarakat bahwa terdapat platform yang dapat menjembatani antara ilmuwan/akademisi/mahasiswa dengan industri/dunia usaha yang selama ini diperlukan. Hal ini dirasa penting agar dunia usaha dan pendidikan dapat berjalan beriringan dan akan saling menguntungkan.
Dalam Kedaireka ini apa yang akan didapat ketika terjadi kolaborasi?
Kedaireka bisa menjadi wadah kolaborasi nyata, pertemuan antara perguruan tinggi dengan dunia industri sebelum mengajukan hibah matching fund. Matching fund merupakan bantuan dana untuk melengkapi atau memperkuat sebuah program hilirasi karya reka cipta perguruan tinggi dengan industri atau investor.
Adanya potensi dan peluang yang besar serta kebutuhan dunia industri atas hasil reka cipta perguruan tinggi harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Saat ini, total dari matching fund yang tersedia sebanyak 250 miliar.
Semua perguruan tinggi bisa mengakses Kedaireka ini?
Kedaireka bisa diakses semua pihak, tidak hanya perguruan tinggi tertentu saja. Tidak ada lagi kampus yang besar dan kecil, semua sama dan bisa mengakses platform itu.
Kampus kecil juga melahirkan banyak inovasi-inovasi, tapi sulit mendapat akses untuk bertemu dengan mitra industri. Platform ini menghubungkan semuanya dalam suasana yang familier, demokratis, tidak ada batas-batas birokratis dan batas besar atau kecil.
Apa dampak langsung bagi mahasiswa dengan Kedaireka ini?
Kedaireka juga bisa mendukung implementasi dari kebijakan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka. Platform ini dapat memperbanyak opsi bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri dengan metode berbasis proyek dari industri dan bisa dikerjakan secara lintas disiplin ilmu maupun lintas perguruan tinggi.
Jadi, mahasiswa bisa mendapatkan topik berbasis proyek dan karyanya tidak hanya berhenti di perpustakaan saja. Tapi, dipakai untuk membangkitkan dan memajukan ekonomi secara lebih cepat.
n m aden ma'rup/P-4