Dengan toleransi tinggi, Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih besar karena keberagamannya.

TANGERANG - Berbagai cara dijalankan masyarakat agar semakin tumbuh nilai-nilai toleransi. Orang beragama harus bisa menerima aliran yang berbeda. Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP), sebuah wirausaha sosial yang didirikan pegiat antiterorime dan radikalisme, Noor Huda Ismail, mencoba mengampayekan toleransi melalui film Ahmadiyah's Dilemma dan Puan Hayati: Threads of Faith.

"Film ini bertujuan awareness campaign atau membangun kesadaran publik agar bisa menerima aliran keyakinan lain yang secara sosiologis bagian dari negara yang harus dilindungi," kata Noor Huda dikutip dari siaran pers di Jakarta, Sabtu.

Kedua film tersebut dibedah di Universitas Pamulang Kampus Viktor di Tangerang Selatan, Banten, Sabtu, dengan menghadirkan pembicara Noor Huda Ismail, rapper yang juga penganut Ahmadiyah Malik Ros, serta Dwi Setiyani Utami. Ada juga Nata Hening Graita Prameswari, penganut aliran kepercayaan Puan Hayati.

"Ahmadiyah's Dilemma" menjelajahi lebih dalam perjuangan yang dihadapi oleh pengikut Ahmadiyah. Sedangkan dalam Film Puan Hayati: Threads of Faith, Dwi Utami dan Nata Hening menjelaskan tentang seberapa besar komitmen pada keyakinan Puan Hayati di Jawa Tengah.

"Sebuah film dapat mengajar manusia untuk saling bertoleransi walaupun memiliki latar belakang agama yang berbeda," ujar Noor Huda yang sekaligus menjadi sutradara kedua film itu.

Dia pun menilai film ini dapat mengajarkan sesama manusia untuk memanusiakan manusia melalui toleransi. Dengan toleransi yang tinggi, dia yakin Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih besar karena keberagamannya.

Di kesempatan yang sama, Ketua Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Andy Yentriyani menilai masyarakat masih belum teredukasi dengan baik akan banyaknya perbedaan.

"Hal ini yang membuat rasa toleransi di tengah masyarakat menjadi rendah sehingga sikap intimidatif terhadap sesuatu yang berbeda semakin tinggi," ujarnya. Dia pun mengaitkan hal tersebut terhadap posisi perempuan yang kerap menjadi target intimidasi dan kekerasan.

Dapat Berkurang

Dengan adanya dua film ini, Andy berharap perbedaan yang berujung sikap dan tindakan intimidatif dapat berkurang di tengah masyarakat. "Karena hidup berdampingan sangat penting. Dari peristiwa intoleransi pasti ada perempuan yang jadi korbannya, dengan persoalan yang dia harus hadapi, langsung pada dampak peristiwa itu," kata Andy.

Sebelumnya, Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Gomar Gultom mengatakan ketenteraman Jakarta di masa pemilihan umum (pemilu) yang lalu dapat tercipta karena adanya budaya dialog yang kondusif.

"Ada percakapan yang lebih rutin elemen-elemen bangsa. Banyak masalah yang bisa dihadapi dan diselesaikan lewat dialog atau percakapan bersama," ujar Gomar. Menurut Gomar, percakapan yang intens antarberbagai pihak dapat menciptakan solusi yang baik untuk mengatasi sebuah konflik.

Percakapan yang intens juga dapat menimbulkan rasa toleransi antara pihak yang berbeda pandangan.

Baca Juga: