JAKARTA - Karena berbagai permasalahan yang dihadapi banyak orang sebenarnya mengalami gangguan terkait dengan kesehatan jiwa. Namun hal ini tidak banyak disadari bahkan mereka yang mengalami bangkan melakukan penyangkalan.

"Gangguan kejiwaan yang paling ringan misalnya terkait dengan kecemasan atau perasaaan takut atau khawatir terhadap sesuatu," kata Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH yang peneliti utama di Health Collaborative Center (HCC) dan merupakan Inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa dalam media briefing bertajuk Eksperimen Sosial #Cektemansebelah di Jakarta pada Minggu (13/10).

Salah satu upaya mendeteksi adanya gangguan terhadap kesehatan jiwa adalah melalui skrining. Manfaat skrining kesehatan mental pada dasarnya adalah untuk mendeteksi lebih cepat atau menentukan risiko seseorang untuk mengalami gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar gangguan makan, atau gangguan stress pasca trauma (PTSD), dan lainnya.

Sebuah penelitian terkait dengan eksperimen sosial terbaru mengungkapkan bahwa kampanye media sosial efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya skrining kesehatan jiwa. Hasilnya, skrining meningkat hingga tiga kali lipat dalam waktu satu bulan sejak kampanye diluncurkan.

Eksperimen sosial yang dilakukan oleh tim peneliti dari HCC dengan Peneliti Utama Dr Ray, menggunakan pendekatan kampanye media sosial Instagram dengan pesan-pesan yang menekankan pentingnya keterhubungan dan interaksi sosial bertajuk #CekTemanSebelah. Menurut dia kampanye ini terbukti berhasil memberi daya ungkit sebesar 3 kali lipat dan angka partisipasi dalam skrining melonjak secara signifikan.

Dr. Ray mengungkapkan, pihaknya sengaja menggunakan pendekatan eksperimen sosial karena pendekatan ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. Lewat kampanye #CekTemanSebelah ia dan tim memadukan konten edukatif yang dikemas secara menarik dengan partisipasi secara sukarela dari masyarakat yang mengakses lewat akun instagram HCC, sehingga pesan yang disampaikan dapat tersebar luas dan cepat.

"Menurut analisis kombinasi, dalam seminggu pertama terdapat 600 lebih peserta sebagian besar ibu rumah tangga yang bergabung secara langsung dalam kampanye ini dan sepertiga diantara mereka langsung memberi respon realtime dan otentik," ungkap Dr Ray yang merupakan staf pengajar kedokteran komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.

Menurut Dr Ray analisis juga menunjukkan metode yang paling sering digunakan para partisipan adalah mengajak curhat dan skrining secara berkelompok. Pihaknya mengaku sangat senang melihat respons positif dari masyarakat.

"Ini menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan kesadaran kesehatan publik dan mendorong tindakan nyata, seperti skrining kesehatan jiwa," tambah Dr. Ray bersama tim peneliti Bunga Pelangi.

Selain daya ungkit skrining hingga 3 kali lipat, eksperimen sosial lewat kampanye media sosial #CekTemanSebelah ini juga berhasil menciptakan gelombang diskusi di dunia maya tentang pentingnya menjaga kesehatan jiwa dengan saling ngobrol dan terhubung atau konektivitas sosial. Sebanyak 30 persen netizen yang turut berbagi pengalaman mereka dalam menjalani skrining, dan ini memotivasi orang lain untuk ikut serta.

Dari eksperimen sosial yang dilakukan Isti, seorang kreator konten dan ibu rumah tangga yang berpartisipasi dalam program ini mengaku berhasil mengajak enam orang lain untuk cek kesehatan jiwa bersama.

"Bahkan beberapa masalah bisa kami selesaikan karena mengikuti ajakan konten di HCC sambil ikut #CekTemanSebelah dan skrining bareng," tegasnya.

Keberhasilan eksperimen sosial ini membuka peluang untuk lebih banyak kampanye serupa di masa mendatang. Rencana berikutnya adalah memperluas cakupan kampanye dengan menjangkau daerah-daerah yang akses informasinya terbatas dan memaksimalkan potensi teknologi digital dalam pelayanan kesehatan.

Baca Juga: