Sebuah inisiatif dengan membagikan kamera sekali pakai ternyata berhasil mengangkat kaum tunawisma di Eropa Tengah dari keterpurukan sekaligus mengikis prasangka terhadap tunawisma dan menunjukkan hal-hal positif yang cenderung tidak terlihat oleh orang lain

Sebuah kamera sekali pakai ternyata bisa memberi asa bagi Daniel Skupio saat dia mengalihkan pikirannya dari narkoba dan alkohol serta membangun kehidupan baru. Sambil duduk di atas meja yang dipenuhi foto-foto analog, pria berusia 27 tahun ini menjadi sorotan berkat proyek memotret suasana di Eropa Tengah melalui sudut pandang tunawisma.

Foto itu memperlihatkan sepupu Skupio yang tengah merentangkan tangannya, tersenyum ke arah sinar matahari.

"Dia berdiri di atas tumpukan pasir dan saya memintanya berpose menghadap langit," ucap Skupio berbicara melalui giginya yang retak, melambangkan tahun-tahun kehidupannya yang sulit, kepada AFP.

"Warna gambarnya hitam dan putih, namun tetap menunjukkan momen kegembiraan, kebebasan," imbuh dia.

Skupio berpartisipasi dalam proyek Picture It!, sebuah inisiatif Eropa Tengah yang membagikan kamera sekali pakai kepada puluhan tunawisma di Polandia, Republik Ceko, Hongaria, dan Slovakia. Mereka mengabadikan segalanya mulai dari makanan bersama dan hewan peliharaan yang lucu hingga refleksi genangan air.

Foto Skupio turut dipajang di sebuah pameran di Budapest hingga 27 November mendatang, yang bertujuan untuk mengubah persepsi tentang tunawisma. Melalui proyek ini, setiap orang diberikan satu atau dua kamera sekali pakai dan sekitar tiga pekan untuk mengambil gambar.

Skupio adalah salah satu tunawisma yang paling senang mengikuti inisiatif ini. begitu antusiasnya, Skupio bisa kehabisan film hanya dalam hitungan beberapa hari saja.

Di masa lalu saat ia terpuruk, Skupio menenggak vodka, mengkonsumsi narkoba, berkelahi, atau tertidur dengan nyenyak. Namun selama enam tahun terakhir, Skupio sesudah insyaf dan kini aktivitasnya yaitu merawat kucing liar, belajar untuk mendapatkan ijazah sekolah menengah atas, menunggu untuk dipindahkan ke perumahan sosial, dan ia mengatakan proyek seperti Picture It! telah menjadi dorongan besar bagi upaya reformasi dirinya.

"Saya sangat bangga pada diri saya sendiri karena bisa bertahan. Mencari cara untuk menghabiskan waktu agar saya tidak terjebak lagi pada ide-ide bodoh," kata Skupio. "Saya adalah bukti nyata bahwa Anda bisa keluar dari apa pun. Anda bisa berhenti dari hal apa pun dan memulai hidup baru," tegas dia.

Tujuan dari inisiatif foto ini adalah untuk mengikis prasangka terhadap tunawisma dan untuk menunjukkan hal-hal positif yang cenderung tidak terlihat oleh orang lain.

"Sering kali orang-orang ini tidak mau mendengar atau melihat, atau bahkan ketika mereka terlihat, hal itu dianggap sangat negatif," kata koordinator proyek Picture It!, Nora Bagdi, kepada AFP. "Dan berdasarkan foto-foto tersebut, kita dapat melihat kehidupan pribadi mereka yang penuh warna dan cinta serta perjalanan keliling kota," tutur dia seraya menerangkan bahwa inisiatif ini dipelopori oleh Menhely Foundation, sebuah organisasi nirlaba Hongaria yang membantu para tunawisma, dan proyek ini telah didukung oleh International Visegrad Fund.

Beri Kelonggaran

Saat pertama kali penyelenggara membagikan kamera, beberapa peserta tunawisma sudah siap menghadapi tantangan. Yang lain merasa tidak punya apa-apa untuk ditawarkan.

"Mereka seperti, 'Saya, foto? Mengapa? Apa yang harus saya tunjukkan?' Sekali lagi, penyebabnya adalah kurangnya rasa percaya diri," kata Izabela Kruzynska, koordinator lokal di Polandia.

"Kami harus melepaskan beban dari pundak mereka, memberi tahu mereka bahwa apa pun yang ada di sekitar Anda dan menarik perhatian Anda, semua boleh-boleh saja (diambil fotonya). Ini tentang perspektif Anda," ucap Kruzynska.

Skupio dan Slawomir Plichta mengenal satu sama lain dari grup teater tunawisma yang sekarang sudah tidak ada lagi, dan kini ada proyek foto yang kembali memberi mereka kelonggaran dari masalah mereka.

Foto hitam putih karya Plichta amat unik karena menunjukkan pemandangan dasar rak sepeda, lengkungan logam membentuk terowongan dengan orang mungil di ujungnya. "Saya praktis tidak berpisah dengan kamera sepanjang waktu. (Kini aktivitas saya) hanya berkeliling mencari hal-hal menarik untuk difoto," kata pria berusia 54 tahun yang sedang dalam masa pemulihan dari kecanduan alkohol itu kepada AFP.

Hal yang mengasyikkan itu tidak akan terjadi seandainya Plichta masih menenggak botol-botol minuman beralkohol dan tertidur nyenyak.

"Jujur saja, tadinya saya tidak yakin kamera itu akan mau saya kembalikan. Saya mungkin akan menjualnya atau meninggalkannya di suatu tempat," ungkap dia. AFP/I-1

Baca Juga: