Sejumlah negara menyatakan bahwa mereka tak akan mengirimkan pemantau pemilu atau memberikan bantuan kepada panitia pemilu Kamboja untuk pemilihan umum Juli mendatang karena alasan pemilihan parlemen di negara itu telah dirusak oleh ancaman dan penangkapan aktivis baru-baru ini dan PM Hun Sen berupaya untuk membungkam dan mengintimidasi tokoh-tokoh oposisi.

PHNOM PENH - Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), Prancis, dan Jepang mengatakan mereka tidak memiliki rencana untuk mengirim pemantau pemilu atau memberikan bantuan kepada panitia pemilu Kamboja untuk pemilihan umum Juli mendatang.

Sikap negara-negara itu dilontarkan setelah pemilihan parlemen di negara itu telah dirusak oleh ancaman dan penangkapan aktivis baru-baru ini dan Perdana Menteri Hun Sen berupaya untuk membungkam dan mengintimidasi tokoh-tokoh oposisi.

"Prancis tidak berniat mengirim pengamat untuk memantau pemilihan Juli," cuit Kedutaan Besar Prancis di Kamboja di media sosial pada pekan lalu. "Kami akan terus mendorong terciptanya iklim yang memungkinkan oposisi, media dan masyarakat sipil berfungsi tanpa hambatan demi terlaksananya pemilu yang adil dan bebas," imbuh mereka.

AS tidak memberikan bantuan kepada Komite Pemilihan Nasional, tetapi mendorong sebuah proses yang melibatkan semua pemangku kepentingan politik dan di mana semua warga Kamboja dapat dengan bebas menikmati hak politik mereka, kata juru bicara Kedutaan Besar AS, Stephanie Arzate.

"Kami mendesak pihak berwenang untuk memperkuat demokrasi multipartai di Kamboja dengan mengizinkan pandangan politik yang berlawanan, mendorong persaingan melalui pemilu yang bebas dan adil, dan mempromosikan pertukaran gagasan yang bebas dan terbuka," kata Arzate.

Sementara Kepala Divisi UE untuk Asia Tenggara, Barbara Plinkert, mengatakan bahwa kondisi di Kamboja untuk menyelenggarakan pemilu yang inklusif, transparan, dan kredibel, tidak memungkinkan. Hal itu disampaikan Plinkert kepada subkomite UE pada 21 Maret lalu. "Itu sebabnya UE tidak akan mengirimkan pengamat," ucap dia.

Jepang yang merupakan negara penyandang dana terbesar untuk pemilihan umum terakhir Kamboja, kabarnya juga akan mengikuti langkah AS, UE, dan Prancis.

Intimidasi

Sementara itu para aktivis dari Partai Lilin, yang sekarang menjadi penantang utama partai yang berkuasa, mengatakan pada pertengahan Maret bahwa polisi telah memantau pertemuan mereka dan otoritas lokal telah merusak dan mencuri spanduk partai.

"Aktivis Partai Cahaya Lilin di hampir semua provinsi juga telah melaporkan kasus intimidasi dan pelecehan, dan beberapa orang sekarang takut untuk berpartisipasi dalam kegiatan partai yang tidak berkuasa," kata juru bicara partai, Kim Sour Phirith.

Hun Sen bersumpah di depan umum untuk memerintah negara sampai kematiannya. Hun Sen mengatakan dia akan mencalonkan diri untuk pemilihan tahun ini dan akan menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Hun Manet, setelah pemilihan 2028.RFA/I-1

Baca Juga: