Satu hal yang positif dari munculnya pandemi Covid-19 yaitu kini setiap orang lebih peduli untuk menjaga kebugarannya. Ada banyak cara untuk meraih kebugaran dengan mudah saat ini dan salah satunya yaitu dengan mencoba melakukan kalistenik.

Seseorang dengan tubuh berotot belum tentu ia memiliki tubuh yang bugar, karena komponen dari kebugaran yaitu memiliki fleksibilitas, daya tahan otot dan kardiovaskular, kekuatan, serta keseimbangan komposisi tubuh. Untuk mencapai semua komponen itu, gerakan seluruh tubuh sangat penting.

Namun aturan pembatasan terkait Covid-19 saat ini telah menyulitkan mobilitas kita untuk berolahraga ke sasana kebugaran yang memiliki peralatan lengkap serta instruktur berpengalaman, apalagi pada saat bersamaan kita pun harus mentaati aturan jaga jarak.

Namun jika Anda berpikir berolahraga dengan peralatan bukanlah satu-satunya cara untuk mengaktifkan gerakan tubuh, mungkin inilah saatnya bagi Anda untuk tak menggunakan barbel dan mulai menekuni kalistenik.

Kalistenik (bahasa Inggris: calisthenics) adalah bentuk latihan dengan cara memaksimalkan penggunaan berat tubuh kita sendiri dalam proses melatih otot.

Ada sedikit perbedaan mendasar tentang seperti apa hasil yang akan didapat bila kita berlatih di sasana kebugaran karena kalistenik berfokus kepada ketahanan otot dan kekuatan, berbeda dengan sasana kebugaran yang berfokus kepada pembentukan otot hipertrofi.

Selain itu perbedaan mendasar kalistenik dengan olahraga lainnya adalah peralatan yang digunakan, bisa dikatakan bahwa kalistenik tidak membutuhkan peralatan atau bahkan hanya sedikit peralatan. Ruang publik dan tiang angkat badan (pull up bar) sudah lebih dari cukup untuk melakukan olahraga multimanfaat ini.

Dalam pembentukan otot, kalistenik menggunakan banyak otot dalam satu gerakan. Sebagai contoh, ketika seseorang melakukan gerakan angkat badan (pull up), ada banyak otot yang terlibat, yakni biseps, triseps, punggung, bahu, dan perut. Gerakan ini sangatlah efektif, bahkan melakukan pull up dengan cara yang tepat akan membentuk otot perut.

Selain pull up, gerakan dalam kalistenik yang bertujuan untuk melatih kekuatan dan kebugaran dengan peralatan minimal bisa dilakukan dengan lompat tali, push up, latihan angkat perut (crunch), squat, lunges (gerakan yang berdiri rendah dengan membuat jarak antara kaki kanan dan kiri sembari mengusahakan posisi tubuh bagian atas tetap lurus sambil menahan keseimbangan), headstand (tubuh dalam posisi terbalik, berdiri dengan ubun-ubun kepala, dan kaki lurus ke atas), dan lain-lain.

Komplementer yang Sempurna

Memang semua olahraga memiliki kelebihannya masing-masing dan keberadaan kalistenik bukan untuk meniadakan kebutuhan olahraga lainnya, tetapi justru menjadi komplementer yang sempurna karena kalistenik melatih banyak otot dan berbagai gerakan yang umumnya terdapat pada ragam kegiatan olahraga.

"Karena kurangnya kesadaran, latihan kalistenik digunakan di sasana kebugaran (gym) sebagai teknik pemanasan karena banyak yang tidak tahu manfaatnya," kata Nipun Viju, 23 tahun, seorang pelatih kalistenik di Distrik Ernakulam, Kerala, India, seperti dilansir dari laman newindianexpress pada awal April lalu.

Menurut Nipun opsi gerakan yang dimiliki manusia sangatlah luas, namun tuntutan gaya hidup saat ini hanya membutuhkan gerakan terbatas untuk bertahan hidup. "Berolahraga di gym dengan peralatan hanya memungkinkan gerakan tubuh yang terbatas yang hanya terkonsentrasi pada otot tertentu, sedangkan kalistenik melibatkan latihan gabungan yang menciptakan mobilitas di seluruh tubuh," papar Nipun.

Masalah keterbatasan dalam berolahraga terutama di gym ini pun sempat dikeluhkan oleh Arul Gnanasivam yang baru memulai untuk menekuni kalistenik setahun terakhir.

"Saya ini keranjingan terhadap kebugaran, namun tak suka pergi ke gym karena saya menyukai aktivitas olahraga luar ruang dan melakukan sport seperti lari dan sepak bola," ungkap Arul kepada laman dbknews pada pertengahan April lalu. "Namun setelah melakukan semua itu, rasa bosan mulai menghinggapi dan saya mencoba hal yang baru yaitu kalistenik," imbuh dia.

Diungkapkan oleh Arul bahwa kalistenik ini jadi olahraga yang sempurna yang bisa ia lakukan setiap hari dari halaman belakang rumahnya. "Hanya dengan melakukan latihan yang amat mudah, secara perlahan kebugaran bisa saya raih. Selain itu saya juga merasa lebih kuat, lebih atletis dan termotivasi," ungkap dia.

Apa yang dijelaskan Arul diamini oleh Nipun. Pelatih kalistenik itu menjelaskan bahwa gerakan kalistenik membuat seluruh tubuh menghasilkan pembakaran kalori tinggi dan membantu mendapatkan fisik yang atletis. "Keterampilan melawan gravitasi tidak hanya meningkatkan kekuatan tubuh seseorang tetapi juga aktivitas otak," papar Nipun.

Selain itu berupaya menetapkan dan mencapai tujuan, mempelajari hal-hal baru, dan menjadi bugar akan berdampak positif pada kesehatan mental seseorang apalagi sifat dari kalistenik ini fokus pada hal yang menyenangkan dan disukai dalam melakukan olahraga.

"Kalistenik tidak hanya membangun kekuatan, tetapi juga membangun lebih banyak kekuatan fungsional fisik, yang terdiri dari gerakan gabungan dan mencerminkan gerakan kita sehari-hari. Semuanya itu memberi kita kualitas hidup yang lebih tinggi," Alicia Jamison, pelatih personal bersertifikat di Bodyspace Fitness di New York City, kelapa laman SELF. "Dengan push-up, pull-up, squat dan gerakan berat badan dasar lainnya, Anda akan bisa melakukan tugas/kerja manual seperti mengangkat barang, membawa barang berat, dan bermain dengan anak-anak, jauh lebih mudah," imbuh Jamison.

Asal Muasal

Kata kalistenik berasal dari kata Yunani kuno yaitu kallos yang berarti indah yang lebih mengacu pada kesempurnaan tubuh manusia dan sthenos yang berarti kekuatan mental yang besar, berani, dan teguh). Kalistenik secara harfiah diartikan sebagai sebuah seni dengan menggunakan berat badan seseorang sebagai upaya untuk mengembangkan fisik.

Praktek kalistenik ini tercatat sudah digunakan sejak zaman Yunani Kuno, termasuk dilakukan oleh para tentara Alexander Agung dan Sparta pada pertempuran Thermopylae.

Kalistenik juga tercatat telah digunakan di zaman Tiongkok kuno. Selain melakukan diet, para tabib pada Dinasti Han juga meresepkan kalistenik sebagai salah satu metode untuk menjaga kesehatan.

Walau selama setahun belakangan mulai diperkenalkan kembali dan menjadi tren diantara dikalangan kaum urban, ternyata kalistenik secara modern telah populer sejak awal abad ke-19.

Seorang pendidik dan penulis asal Amerika Serikat (AS) bernama Catharine Esther Beecher (1800-1878) yang memperkenalkan dan mempopulerkan kalistenik yang pada awalnya justru bertujuan untuk membentuk gerakan ideologis konservatif bagi mengangkat dan memperkuat posisi kaum perempuan di ranah domestik budaya Amerika.

Beecher berpedoman bahwa tubuh manusia bisa menjadi alat kebugaran. Oleh karena itu guru perempuan asal AS itu kemudian perkenalkan apa yang kini dikenal sebagai kalistenik atau latihan otot dengan beban tubuh sendiri.

Kalistenik semakin dilirik ketika negara-negara bagian di AS memasukkannya dalam kurikulum sistem pendidikan jasmani hingga kemudian diadopsi oleh pasukan khusus marinir AS, Navy Seal, berkat alasan tak dibutuhkannya alat untuk melatih kebugaran jasmani, serta oleh Angkatan Udara Kanada yang ingin agar kalistenik ini jadi sebuah budaya kebugaran modern. Berbagai sumber/I-1

Baca Juga: