SAO PAULO - Presiden terpilih Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, menyerukan perdamaian dan persatuan setelah ia dinyatakan menang tipis dalam pemilihan putaran kedua pada Minggu (30/10) waktu setempat. Kemenangan Lula ini mengakhiri kebangkitan politik yang luar biasa dengan mengalahkan petahana Jair Bolsonaro.

Kemenangan tersebut menandai perubahan haluan yang menakjubkan setelah Lula yang sempat jadi presiden paling populer dalam sejarah Brasil, meninggalkan jabatannya pada 2010 dan kemudian dijatuhi hukuman penjara selama 18 bulan atas tuduhan korupsi yang kontroversial. Tuduhan itu kemudian dibatalkan dan sekarang Lula, 77 tahun, kembali untuk masa jabatan ketiga sebagai presiden di Negeri Samba itu.

Semua mata saat ini akan tertuju pada bagaimana Bolsonaro, 67 tahun, dan para pendukungnya bereaksi terhadap hasil pilpres setelah berbulan-bulan melontarkan tudingan tanpa bukti yang menyatakan bahwa sistem pemungutan suara elektronik Brasil rawan kecurangan, dan pihak pengadilan, media, serta lembaga lain telah berkonspirasi melawan gerakan sayap kanan pimpinan Bolsonaro.

"Demokrasi telah kembali," kata Lula yang disambut sorak-sorai dalam pidato kemenangan di Sao Paulo. "Negara ini membutuhkan perdamaian dan persatuan," imbuh dia.

Sementara para pejabat komisi pemilu mengumumkan bahwa dalam pemilihan putaran kedua, Lula berhasil memperoleh 50,9 persen suara berbanding 49,1 persen untuk Bolsonaro. Hasil itu dikumpulkan setelah penghitungan suara dilakukan pada lebih dari 99,9 persen TPS.

Kebangkitan Besar

Kemenangannya dalam pemilu Brasil 2022 ini merupakan kebangkitan besar setelah Lula dijatuhi hukuman 10 tahun penjara pada Juli 2017 silam atas berbagai tuduhan korupsi dan pencucian uang.

Penahanannya itu mencegah Lula untuk ikut serta dalam pemilu 2018 melawan Bolsonaro.

Lula akhirnya dibebaskan dari tahanan rumah pada 2019 lalu, setelah Mahkamah Agung memutuskan bahwa dia belum menerima proses hukum.AFP/DW/I-1

Baca Juga: