JAKARTA - Raksasa pakaian olahraga Nike akan memangkas sekitar 2 persen dari total tenaga kerjanya, atau lebih dari 1.600 pekerjaan, kata perusahaan itu, Kamis (15/2) malam. Langkah tersebut untuk menurunkan pengeluaran karena permintaan sepatu dan sepatu ketsnya berada di bawah tekanan.

Harga sewa dan suku bunga yang lebih tinggi telah menyebabkan pelanggan mengurangi pengeluaran untuk barang-barang berharga tinggi, sehingga perusahaan pakaian olahraga seperti Nike dan Adidas memperingatkan, pengecer menurunkan pesanan mereka melalui saluran grosir.

Desember lalu, Nike telah menguraikan rencana penghematan sebesar 2 miliar dollar AS selama tiga tahun ke depan, termasuk memperketat pasokan beberapa produk dan mengurangi lapisan manajemen.

Pemotongan biaya tersebut akan mencakup sekitar 400 juta hingga 450 juta dollar AS untuk biaya pesangon karyawan pada kuartal ketiga, katanya. Pada 31 Mei tahun lalu, Nike memiliki sekitar 83.700 karyawan.

PHK ini dilakukan Nike untuk mengatasi ketakutan permintaan akan "semakin melemah", kata direktur pelaksana GlobalData, Neil Saunders.

Nike juga telah kehilangan sebagian ruang ritelnya karena digantikan oleh merek-merek baru seperti Hoka dan On Holding dari Decker Outdoors karena sepatu lari mereka disukai pelanggan yang mencari gaya yang menarik dan inovatif.

"Nike juga ingin berinvestasi lebih banyak di bidang olahraga lari sehingga dapat memperoleh pangsa pasar, untuk melakukan hal tersebut mereka perlu menyeimbangkan biaya tambahan dengan beberapa pengurangan di bidang lain," kata Saunders.

The Wall Street Journal, yang pertama kali melaporkan berita tersebut, mengatakan pemangkasan tersebut diperkirakan dimulai pada hari Jumat, dan tahap kedua akan selesai pada akhir kuartal ini.

PHK diperkirakan tidak berdampak pada karyawan di toko dan pusat distribusi atau tim inovasinya, kata laporan itu.

Saham Nike turun sekitar 1 persen dalam perdagangan premarket pada Jumat.

Baca Juga: