Akhir pekan lalu, sekitar 32 ton sampah berhasil diangkut dari Kali Sunter Pintu 8, Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara. Tumpukan sampah terus dibersihkan dari berbagai saluran air di Ibu Kota. Tak jarang, sampah-sampah ini harus lepas hingga ke laut bebas.
Sampah jenis styrofoam paling banyak mengambang di perairan. Namun, sampah jenis ini sulit untuk diuraikan secara alamiah. Alhasil, sampah-sampah itu pun terus menggunung dan beresiko untuk kesehatan manusia.
Adalah Surani, 54 tahun, warga Cakung, Jakarta Timur yang berbuat baik untuk sampah styrofoam ini. Dalam penelitiannya hingga 30 tahun, ayah dua putra ini melabuhkan sampah styrofoam ke dalam kanvas lukis.
Bersama anak keduanya, Budi Sugiarto, dia mengumpulkan sampaj styrofoam dari sungai hingga ke bibir pantai di Pulau Rambut, Kepulauan Seribu. Berkarung-karung sampah ini, dia dapatkan tanpa dibayar sepeserpun. Namun, dia kebingungan membawa sampah styrofoam itu ke daratan. Alhasil, dia pun harus melelehkan styrofoam di lokasi.
"Pemanfaatan limbah styrofoam ini bisa untuk mengurangi sampah dan lingkungan. Memang, kemarin ada pro kontra dari sisi lingkungan kalau digunakan untuk bungkus makanan. Bisa kanker. Kalau ini kan saya buat untuk pajangan," ujar Surani saat berbincang beberapa waktu lalu.
Diakuinya, limbah styrofoam itu telah dibuat beragam karya kerajinan. Mulai dari pajangan, batako, hingga saat ini sebagai bahan lukisan timbul. Limbah styrofoam ini dia lelehkan untuk kemudian ditempel dalam kanvas yang telah digariskan sketsa wajah atau objek lukis lainnya.
"Sudah 30 tahun ini, saya sudah mencoba 1001 cara mengolah styrofoam dengan berbagai campuran. Mulai kertas, kulit kelapa, beling, pasir dan lainnya. Sekarang, saya buat untuk lukisan. Sejak pak Joko Widodo masih Gubernur," katanya.
Beberapa karya styrofoam yang dibuatnya telah digunakan juga pelaku seni lain. Seperti dekorasi karnaval atau pengrajin lainnya. Bahkan, dia membangun Re-cycle Academy untuk memberikan pelatihan kepada mahasiswa atau warga yang ingin mendaur ulang sampah.
Akademi ini terletak di lantai 1, terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur. Di dalam akademi itu, terpajang beragam wajah tokoh kenamaan yang dilukisnya dengan styrofoam. Mulai mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, Jusuf Kalla, Imam Nahrowi, artis Krisna Murti, PLT Gubernur DKI Jakarta Sumarsono, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Agus Yudhoyono, hingga Gubernur DKI Jakarta, Djarot Syaiful Hidayat.
"Lukisan sudah mencapai ribuan saya buat dari styrofoam. Tapi yang terjual baru ratusan, dengan harga kisaran harga antara Rp 5-20 juta," ucapnya.
Diakui suami Ngatiyem ini, lukisan styrofoam itu berkolaborasi dengan anaknya. Setiap objek yang akan dilukis, disketsa terlebih dahulu melalui aplikasi photosop. Lalu, objek itu dilukis dengan cat minyak sebagai dasarnya. Harga lukisan dasar ini, hanya ratusan ribu saja. Namun, jika diinginkan menggunakam styrofoam, Surani pun bisa menjualnya hingga jutaan rupiah.
"Yang lama itu pakai styrofoam. Karena dia harus dilelehkan dulu menggunakan bensin, lalu tunggu hingga bensinnya menguap. Lalu campur dengan warna dan bahan lain, seperti kertas koran, baru ditempelkam ke kanvas. Itu pun perlu berkali-kali," jelasnya. Peri Irawan/P-5