Tingkat kandungan hormon testosteron ternyata berpengaruh pada keparahan gejala infeksi Covid-19. Alasannya testosteron berpengaruh pada tingkat peradangan, penurunan massa tubuh, kekuatan otot, dan menurunkan kapasitas paru-paru.

Sebuah penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Barnes-Jewish in Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat, berusaha untuk menjawab pengaruh hormon testosteron terhadap gejala penyakit Covid-19. Penelitian menemukan kadar testosteron rendah terkait dengan peradangan yang tinggi.
Dampak rendahnya hormon testosteron berpengaruh pada penurunan massa dan kekuatan otot, menurunkan kapasitas paru-paru dan risiko yang lebih tinggi dalam gangguan pernafasan.
Hormon testosteron diidentikkan sebagai hormon pria meski pada perempuan juga terdapat hormon ini. Testosteron berpengaruh terhadap libido, pembentukan massa otot dan ketahanan tingkat energi, serta perubahan karakteristik seks sekunder pada pria saat puber.
Kadar testosteron dalam tubuh pria normalnya berkisar antara 250-1100 ng per dL (nanogram per desiliter) dengan kadar rata-rata 680 ng per dL. Ada pula penelitian yang menunjukkan bahwa kadar yang optimal untuk pria berkisar 400-600 ng per dL.
Studi berusaha mencari tahu hubungan antara hubungan antara kadar testosteron dan tingkat keparahan akibat penyakit Covid-19.
"Langkah yang dilakukan dengan mengumpulkan sampel darah dari 90 pria dan 62 wanita yang mengunjungi rumah sakit," ujar penulis utama yang juga ahli endokrinologi di Saint Louis University, Dr Sandeep Dhindsa, seperti dilaporkan LiveScience pada akhir Mei lalu.
Dari total sebanyak sebanyak 152 pasien, 143 dirawat di rumah sakit. Dari mereka yang mengalami gejala parah ini lalu diambil sampel darahnya pada hari ke-3, ke-7, ke-14 dan ke-28. Para peneliti kemudian mengukur kadar testosteron pasien, estradiol yaitu suatu bentuk estrogen, dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1) yakni hormon pertumbuhan.
Hasilnya pada perempuan, tidak ada hubungan antara tingkat keparahan Covid-19 dan kadar hormon apa pun yang diukur. Sementara itu pada pria, kadar IGF-1 dan estrogen tidak terkait keparahan penyakit, tetapi kadar testosterone memiliki kaitan.

Tingkat Peradangan
Ketika dirawat di rumah sakit, pria dengan Covid-19 yang parah memiliki tingkat testosteron rata-rata 52 ng per dL. Sedangkan mereka dengan penyakit yang kurang parah memiliki rata-rata 151 ng per dL.
Pada hari ketiga rawat inap, tingkat testosteron rata-rata pria dengan Covid-19 yang parah turun menjadi 19 ng per dL. Sebanyak 37 pasien yang dirawat meninggal selama penelitian 25 adalah laki-laki.
"Tingkat testosteron yang lebih rendah tampaknya memprediksi pasien mana yang mungkin menjadi sangat sakit selama beberapa hari ke depan," ujar Dhindsa.
Salah satu dugaannya, kadar testosteron yang lebih rendah pada pria juga dikaitkan dengan tingkat peradangan yang lebih tinggi dalam tubuh.
"Orang-orang dengan Covid-19 yang awalnya tidak sakit parah, tetapi memiliki kadar testosteron rendah, kemungkinan besar memerlukan perawatan intensif atau intubasi (bantuan pernafasan) selama dua atau tiga hari ke depan," papar Dhindsa.
Dhindsa mengatakan, para peneliti masih belum mengetahui hubungan keduanya. Apakah kadar testosteron turun karena Covid-19 yang parah atau kadar testosteron yang lebih rendah menyebabkan Covid-19 yang lebih parah.
Hal ini karena peneliti tidak mengukur kadar testosteron pada pasien ini sebelum penyakit mereka datang. Namun kemungkinan besar kadar testosteron mereka sudah turun pada saat mereka tiba di rumah sakit.
Penelitian menduga kemungkinan para pria dengan Covid-19 parah memiliki kadar testosteron lebih rendah dari rata-rata orang sakit. Dampak rendahnya hormon itu berpengaruh pada penurunan massa dan kekuatan otot, menurunkan kapasitas paru-paru dan risiko yang lebih tinggi dalam gangguan pernafasan. hay/I-1

Baca Juga: