Invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina yang telah berlangsung selama satu bulan masih menjadi sorotan pembaca Koran Jakarta minggu ini. Terutama, terkait wacana kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Indonesia dalam menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.

Selain itu, adapun kabar terkiat pemerintah Arab Saudi yang siap kembali membuka pelaksanaan ibadah haji bagi jemaah luar negeri di tahun 2022. Disusul dengan kabar terkini seputar Covid-19 di Indonesia yang masih belum bisa menuju endemi.

Berikut rangkuman berita terpopuler dari Koran Jakarta selama sepekan terakhir sejak Senin (21/3) hingga Minggu (27/3).

1. Menag Yaqut Cholil Sebut Arab Saudi Buka Pelaksanaan Ibadah Haji Tahun Ini
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan, Arab Saudi akan membuka pelaksanaan ibadah haji bagi jamaah luar negeri pada penyelenggaraan haji 1443 Hijriah atau 2022 Masehi. Adapun jemaah yang dimaksud termasuk masyarakat muslim yang ada di Indonesia.

Kabar mengenai dibukanya pelaksanaan haji bagi jamaah luar negeri disampaikan usai Yaqut menggelar pertemuan dengan Menteri Haji Umrah Arab Saudi Tawfiq F. Al-Rabiah di Jeddah, Arab Saudi, Minggu (20/3).

"Saya kemarin bertemu Menteri Haji dan Umrah Saudi, saya mendapat penjelasan bahwa akan ada pemberangkatan jamaah haji tahun ini dari luar Saudi," kata Yaqut dikutip dari keterangan tertulis di Jakarta, Senin (21/3).

2. Di Tengah Penolakan Kedatangan Vladimir Putin ke Bali, Tiongkok Malah Dukung Presiden Rusia Hadiri KTT G20 di Indonesia
Tiongkok ikut buka suara terkait wacana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia. Negeri Tirai Bambu menyatakan mendukung rencana Putin tersebut.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin menuturkan, Rusia merupakan anggota penting G20. Dengan begitu, tak ada anggota yang berhak untuk menghentikan kedatangan orang nomor satu di Rusia itu ke Indonesia.

"Tidak ada anggota yang memiliki hak untuk memberhentikan negara lain sebagai anggota. G20 harus menerapkan multilateralisme yang nyata, memperkuat persatuan dan kerja sama," kata Wang dalam jumpa pers, dikutip dari Reuters, Kamis (24/3).

3. Gempar! Singgung Invasi Rusia di Ukraina, Ada Apa Tiba-tiba Tiongkok Jadi Pembahasan Panas di Konferensi Tingkat Tinggi NATO di Brussels
Tiongkok menjadi sorotan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussels. Para pemimpin NATO mendesak Tiongkok untuk bersikap tegas dalam menegakkan ketertiban internasional dengan tidak mendukung Rusia dalam bentuk apapun.

"Pesan kami kepada Tiongkok adalah bahwa mereka harus bergabung dengan seluruh dunia dan dengan jelas mengutuk perang brutal melawan Ukraina," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam konferensi pers setelah pertemuan para pemimpin, dikutip CNBC International, Jumat (25/3).

"Kami menyerukan kepada semua negara, termasuk Tiongkok untuk tidak mendukung upaya perang Rusia dengan cara apa pun, dan menahan diri dari tindakan apa pun yang membantu Rusia menghindari sanksi," bunyi dokumen NATO, dikutip dari Russia Today (RT).

4. Gawat! Perang Makin Mencekam Usai Amerika Serikat Ungkap Hal Mengerikan Ini tentang Rusia, Wilayah Laut Ukraina dalam Bahaya
Angkatan Laut Rusia dengan jumlah yang besar disebut telah berkumpul di wilayah Laut Hitam dekat Ukraina. Ini diduga untuk mengepung Ukraina dari wilayah laut.

Dilansir Reuters, Selasa (22/3), Juru Bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) John Kirby mengungkapkan, kapal perang milik Rusia telah berada di wilayah sekitar kota pelabuhan Odessa. Sejauh ini belum bisa dipastikan jenis kapal dan amunisi yang disiapkan pasukan Rusia tersebut.

"Kami hanya melihat indikasi bahwa mereka telah meningkatkan aktivitas mereka di Laut Hitam bagian utara. Itu bukan sesuatu yang kami amati selama beberapa hari terakhir," kata Kirby.

Kehadiran kapal-kapal tersebut di wilayah Laut Hitam dekat Ukraina sontak memancing indikasi terkait perluasan serangan Rusia.

5. Waduh! Satgas Covid-19 Buka-bukaan Hal Ini Ternyata yang Buat Indonesia Belum Bisa Ubah Status Pandemi Menjadi Endemi
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 dr Reisa Broto Asmoro buka suara terkait peluang Indonesia mengubah status pandemi menjadi endemi. Menurutnya, ada beberapa hal yang membuat Indonesia belum bisa masuk fase endemi.

Adapun yang faktor yang membuat Indonesia belum bisa masuk endemi yang pertama yakni berkaitan dengan tingkat kasus positif atau positivity rate kasus harian Covid-19. Meski diketahui trennya menurun, tingkat positif Indonesia masih di atas lima persen.

Hal tersebut tidak sesuai dengan persentase yang diberikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Adapun batas aman yang diberikan yakni kasus positif di bawah lima persen.

"Kedua adalah angka keterisian rumah sakit atau bed occupancy ratio (BOR) itu juga harus di bawah lima persen. Sama saat ini angka keterisian rumah sakit terus mengalami penurunan, tapi masih di atas lima persen," lata dr Reisa dalam diskusi daring, dikutip dari Siaran Radio Kesehatan, Senin (21/3).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), angka keterisian rumah sakit nasional masih berada di 14 persen per 20 Maret. Karena itu, Reisa mengimbau untuk semua pihak mempercepat vaksinasi guna mengurangi risiko jatuh sakit, dengan begitu pasien di RS bisa berkurang.

"Ketiga adalah laju transmisi atau RT, ini harus di bawah 1 yang artinya penularan virus di lingkungan kita sudah rendah. Keempat vaksinasinya dosis lengkap sudah harus lebih dari 70 persen total populasi," ucap Reisa.

Baca Juga: