Penelitian yang dilakukan Kepala Devisi Onkologi Tumor Padat di Rumah Sakit Kanker New York menghasilkan kabar baik. Penyakit kanker yang terkenal ganas dan mematikan ini, ternyata dapat dilumpuhkan dengan sebuah terapi khusus tanpa harus melakukan operasi pengangkatan dan kemoterapi.

Peneliti yang tergabung di Pusat Kanker Memorial Sloan Kettering ini melakukan uji coba terapi ini terhadap 12 pasien kanker usus stadium lanjut dalam waktu 6-25 bulan.

Cara kerja terapi ini adalah dengan melakukan penyuntikkan satu jenis obat yang berfungsi sebagai perisai untuk melindungi tumor dari sistem kekebalan tubuh.

Dilansir dari IFL Science, obat yang dimaksud adalah antibodi monoklonal anti-PD-1 yang dinamakan Dostarlimab. PD-1 atau Programmed Death-1 merupakan sebuah protein kompleks yang membentuk perisai dengan nama PD-L1 (Programmed Death Ligand-1) di luar sel kanker.

Fungsi dari PD-L1 adalah untuk melindungi sel kanker dari sistem kekebalan tubuh. Ia membentuk perisai sehingga sistem imun tubuh tak dapat membunuh sel kanker dan membuatnya tumbuh tak terkendali.

Cara kerja terapi ini mungkin terdengar aneh dan berbahaya, tetapi perisai ini juga berfungsi untuk mencegah sel kanker menyerang sel sehat lainnya.

Setelah perisai terbentuk, PD-1 yang ada di dalam sel kanker akan membentuk imunoterapi yang dapat mengenali dan menghancurkan penyakit tersebut dari dalam.

Meski terdengar mustahil, ajaibnya percobaan terapi ini ternyata memberikan hasil yang sangat memuaskan peneliti. Dua belas orang yang menjadi uji coba terapi ini berhasil sembuh dari penyakit kanker usus yang mereka derita dengan persentase keberhasilan 100%.

Uji coba dan perawatan klinis yang dilakukan selama lebih dari 12 bulan menunjukkan bahwa sel kanker tidak lagi dapat dideteksi. Bahkan setelah dilakukan pengawasan selama 12 bulan selanjutnya, kedua belas pasien tersebut tidak menunjukkan adanya respon kambuh dan efek samping yang serius lainnya.

Terapi tersebut malah menghasilkan remisi hingga 100%. Remisi adalah kondisi di mana pasien kanker sudah tidak lagi membutuhkan obat dan kondisinya sudah sangat membaik.

Salah satu peneliti yang termasuk dalam tim tersebut, Diaz Jr., mengungkapkan bahwa hal ini adalah sesuatu yang baru dan pertama kalinya terjadi dalam sejarah kanker.

Meski hasilnya sangat menggembirakan dan menjadi harapan untuk banyak penderita kanker di dunia, terapi ini masih belum secara bebas untuk dilakukan ke banyak orang. Sebab, para peneliti masih harus melakukan uji coba lebih lanjut untuk lingkup sampel yang lebih besar.

Pengobatan dengan cara ini juga masih sangat mahal, yakni dalam kisaran 11.000 dollar AS atau sekitar Rp 160 jutaan per dosisnya.

Baca Juga: