Kabar baik datang dari Himalaya. Tupai terbang berbulu dengan nama latin Eupetaurus Cinereus, ditemukan kembali di daerah tersebut setelah bertahun-tahun dianggap telah mengalami kepunahan.
Tupai yang masuk dalam jenis tupai terbesar di dunia ini, terdiri dari 2 spesies yang ternyata berasal dari tempat yang ribuan mil jauhnya.
Dua tupai ini adalah tupai terbang berbulu Tibet (Eupataurus Tibetensis) dan tupai terbang berbulu Yunnan (Eupetaurus Nivamons).
Tupai terbang berbulu Tibet berasal dari persimpangan India, Bhutan dan Tibet. Sementara tupai terbang berbulu Yunnan berasal dari timur, yakni di Provinsi Yunnan, Tiongkok.
Dilansir dari National Geographic, pengklasifikasian spesies tupai sangatlah unik. Dua ekor tupai dapat terlihat sangat berbeda, tetapi ternyata berasal dari spesies yang sama.
Begitupun sebaliknya, dua tupai yang terlihat identik, bisa jadi berasal dari spesies yang berbeda jutaan tahun proses evaluasinya.
Kedua tupai ini ditemukan berada di ketinggian hamper 16.000 kaki. Habitat mereka adalah tempat tinggi yang terpencil dan tidak berpenghuni.
Inilah yang menyebabkan para ilmuwan sulit untuk mengidentifikasi keberadaan mereka. Hal tersebut juga yang membuat ilmuwan tergesa menetapkan kedua spesies tupai terbang ini telah punah dari peradaban zaman.
Bentuk tubuh tupai terbang ini juga menyulitkan untuk diidentifikasi. Mereka memiliki bulu yang berwarna cokelat keabuan yang membuatnya menyatu dengan bebatuan.
Selain itu, kehidupan mereka yang nokturnal juga membuat mereka sulit untuk dikenali. Saking sulitnya, banyak ahli zoologi yang angkat tangan untuk mencari tahu lebih lanjut keberadaan mereka.
Tupai terbang biasanya ditemukan di sekitar daun pinus. Di pohon tersebutlah mereka biasa mencari makan. Tupai memiliki gigi-gigi yang tinggi bergerigi untuk menggiling daun dan mengekstrak sarinya.
Meski begitu, sebutan tupai terbang sebenarnya agak keliru. Mereka tidak punya sayap untuk terbang. Istilah terbang disematkan karena hewan ini biasanya meluncur di antara bebatuan dan tebing gunung dengan cara merentangkan badan mereka, persis seperti sedang terjun payung.
Tupai ini juga memiliki ekor yang panjang dan halus. Bagian tubuh inilah yang kemudian mereka gunakan sebagai kemudi sekaligus pelindung ketika hujan turun.
Hal ini bisa dilakukan karena biasanya, ekor tupai spesies ini panjangnya sama dengan ukuran tubuhnya. Tupai terbang juga dapat beradaptasi dengan baik di cuaca Himalaya yang dingin. Sebab, mereka memiliki ukuran tubuh yang besar dengan bulu yang lebat sebagai cadangan panas tubuh.
Peneliti dari Museum Australia yang menemukan spesies ini, Kristofer Helgen, mengaku ia dan tim sedang mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana tupai tersebut hidup.