DELI SERDANG, SUMATERA UTARA - Di antara gemuruh penonton yang memenuhi arena cabang olahraga wushu pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut di GOR Disporasu, Deli Serdang Sumatera Utara, Sabtu, Harris Horatius merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Pada pertandingan di nomor nangun putra, atlet Sumatera Utara itu tampil dengan sempurna. Teriakan lepas keluar dari mulutnya ketika papan skor menampilkan angka 9.653, nilai tertinggi yang mengunci medali emas kedua baginya pada ajang ini.

Harris juga telah mencatatkan skor tertinggi di nomor nandao putra dengan nilai 9.653. Raihan nilai akhir 19.306 cukup untuk mengantarnya meraih podium tertinggi nomor taolu kombinasi nandao dan nangun putra.

Torehan emas ini semakin memperkokoh statusnya sebagai atlet wushu unggulan dari Sumatera Utara, setelah pada hari sebelumnya dia telah menyegel medali emas di nomor nanquan putra.

Usai memastikan dua medali emas, Harris langsung memeluk pelatihnya dan rekan sesama atlet. Dia lalu menangkup kedua telapak tangannya ke arah tribun sebagai ucapan terima kasih kepada para pendukung yang sejak awal memberikan semangat luar biasa.

Tepuk tangan dan sorak sorai pun menggema di seluruh arena, seolah menegaskan betapa besar dukungan publik tuan rumah baginya.

Namun, di balik kegembiraan itu, terselip keputusan besar yang telah lama Harris pikirkan. Ini adalah penampilan terakhirnya di PON. Di usianya yang menginjak 29 tahun, Harris merasa bahwa waktunya sudah tiba untuk mengakhiri karier sebagai atlet.

"Ini adalah waktu yang tepat untuk saya pensiun, karena kayaknya sudah saatnya. Semoga generasi berikutnya bisa lebih baik lagi," ujar Harris kepada ANTARA.

Keputusan pensiun ini diambilnya sebagai bentuk dukungan terhadap regenerasi atlet wushu, khususnya di Sumatera Utara.

Menurutnya, saat ini para atlet muda telah menunjukkan kualitas yang baik, sehingga sudah waktunya bagi generasi baru untuk mengambil alih tongkat estafet.

Selain itu, dia merasa masa kejayaannya sebagai atlet telah mencapai puncak. Sejumlah gelar bergengsi, baik skala nasional maupun internasional telah diraihnya.

Pada akhirnya, Harris memutuskan untuk mengakhiri kariernya sebagai atlet di tanah kelahirannya sendiri, dengan dua medali emas di PON XXI Aceh-Sumut sebagai hadiah perpisahan yang manis.


Dari kejurnas hingga pentas dunia

Perjalanan Harris dalam dunia wushu dimulai saat usianya masih 10 tahun. Dia terjun ke dunia seni bela diri karena kecintaannya pada olahraga tersebut. Baginya, wushu mengajarkan banyak nilai penting, terutama tentang kedisiplinan, baik disiplin berlatih, pola makan, hingga waktu tidur.

Pada masa-masa awal, dirinya sempat merasa kewalahan karena harus membagi waktu antara sekolah dan latihan. "Latihannya capek," kata dia seraya tertawa.

Namun, titik balik muncul ketika pria kelahiran 11 Oktober 1995 itu berhasil meraih medali perak di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) tahun 2006 di Semarang, Jawa Tengah.

Medali perak di kejurnas pertamanya tersebut memotivasinya untuk terus berjuang. Pada tahun 2007, dia terpilih mengikuti kejuaraan Asia, meski gagal meraih medali. Namun, kegagalan tersebut justru semakin membakar semangatnya. Dia kembali sukses mengantongi medali di kejurnas keduanya pada 2007.

Sejak saat itu Harris memutuskan untuk serius menekuni karier sebagai atlet wushu dengan menjalani pelatihan intensif.

"Nah di 2008 itu baru benar-benar serius, kayak dikarantina selama enam bulan enggak sekolah, full latihan enam bulan. Dari situ mulai diseriusin sampai sekarang," kata anak pertama dari tiga bersaudara tersebut.

Komitmen Harris itu pun berbuah manis, seiring dengan berbagai raihan prestasi di level nasional dan internasional.

Puncaknya adalah medali emas yang ia raih di Asian Games 2022 di China dan Kejuaraan Dunia Wushu 2019 dan 2023. Ketiga gelar itu, bersama dengan koleksi dua medali emas SEA Games dan empat emas PON, mengukuhkan Harris sebagai salah satu atlet wushu terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Dua emas SEA Games diraihnya pada SEA Games 2015 Singapura dan SEA Games 2019 di Filipina. Sedangkan empat medali emas PON di sabet pada gelaran PON XIX Jawa Barat, PON XX Papua, dan PON XXI Aceh-Sumut.

Namun, dari semua prestasi itu, Harris mengungkapkan bahwa medali emas yang diraih di Asian Games 2022, kejuaraan dunia wushu 2023, dan PON XXI Aceh-Sumut adalah yang paling berkesan.

"Tiga ini sangat berkesan bagi saya karena setiap pertandingan ini juga tantangannya berbeda," ucapnya.

Bersiap menjadi ayah

Setelah memutuskan untuk pensiun dari dunia wushu, Harris kini mulai memikirkan masa depannya. Menjadi pelatih adalah salah satu opsi yang dia pertimbangkan.

Meski belum ada keputusan pasti, Harris ingin tetap berkontribusi dalam dunia wushu. Dia berharap bisa membantu melatih generasi baru atlet wushu.

Namun, fokus utamanya saat ini adalah keluarga. Harris dan istrinya, Janice Jeconiah, sedang menantikan kelahiran anak pertama mereka yang diperkirakan lahir dalam beberapa bulan ke depan.

Sebagai seorang suami dan calon ayah, Harris menyadari bahwa peran barunya ini akan mengubah hidupnya secara signifikan.

"Akhirnya ini sudah mau jadi ayah juga. Banyak yang harus diubah lagi, banyak yang harus dibenahi lagi supaya ke depan itu bisa jadi panutan juga untuk anak," kata dia.

Harris pun berandai-andai, kelak ketika usianya sudah cukup, dia ingin mengenalkan olahraga wushu kepada sang buah hati. Menurutnya, wushu sangat bagus untuk melatih anak dalam berbagai aspek, mulai dari motorik, mental, kedisiplinan, hingga pembentukan karakter.


Penerus tongkat estafet

Regenerasi atlet merupakan salah satu alasan Harris untuk menuntaskan karier sebagai atlet. Menurutnya, banyak atlet muda yang berpotensi untuk meneruskan tongkat estafet kesuksesan yang telah dia raih.

Dua nama yang disebutnya memiliki masa depan cerah untuk wushu Sumatera Utara adalah Nicholas dan Andrew Julius Triputra. Dia menilai, kedua atlet tersebut sudah menunjukkan kemampuan yang menjanjikan.

"Mereka cukup bagus, tinggal harus terus berlatih. Mereka harus terus haus untuk mau berprestasi sehingga bisa mengejar provinsi-provinsi yang lain," kata Harris.

Lebih dari itu, Harris juga menaruh harapan besar kepada pemerintah daerah dan KONI Sumatera Utara untuk lebih serius dalam mendukung atlet-atlet muda ini dengan memberikan fasilitas latihan yang memadai.

Menurutnya, dukungan fasilitas sangat penting untuk meningkatkan kualitas latihan dan, pada akhirnya akan bermuara pada prestasi para atlet.

Di penghujung kariernya, Harris tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukungnya selama ini. Dia menilai, perjalanan karier yang panjang dan segudang prestasi yang telah ditorehkan tidak akan tercapai tanpa doa dan dukungan dari pelatih, pengurus, serta masyarakat.

Dukungan publik tuan rumah pada PON XXI ini juga sangat berarti baginya, terlebih saat pertandingan final.

"Dukungannya luar biasa, apalagi ini final. Gemuruhnya luar biasa. Saat nilai keluar mereka juga ikut senang. Itu adalah perasaan yang tidak bisa terulang lagi dan membuat saya semakin bersemangat," kenangnya.

Dengan pensiunnya Harris Horatius, Indonesia kehilangan salah satu atlet terbaiknya. Namun, Harris berharap generasi berikutnya akan mampu melanjutkan prestasi dan kejayaannya di kancah wushu.

"Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Mungkin ini adalah masa saya, dan selanjutnya itu adalah masa mereka," pungkas dia. Ant

Baca Juga: