WASHINGTON DC - Seorang jurnalis perempuan asal Amerika Serikat (AS), Hafsa Lodi, telah melayangkan pesan terbuka kepada kelompok Taliban yang saat ini berkuasan di Afghanistan. Menurut Hafsa, saat ini banyak rezim Islami yang memanipulasi syariah untuk agenda ekstrimis dan patriarki.
"Penafsiran syariah yang sewenang-wenang dan absolutis tidak hanya melucuti kebebasan Muslim untuk menafsirkan agama mereka secara pluralistik, tetapi juga sangat berdampak pada kehidupan kaum perempuan," ungkap Hafsa. "Setelah Revolusi Islam pada 1979 di Iran, versi syariah diterapkan dengan menurunkan usia menikah anak perempuan dari 18 menjadi 13 tahun," papar dia.
Seperti dilansir dari The Independent edisi Jumat (27/8), Hafsa menuturkan bahwa Iran saat itu bahkan melarang perempuan memperoleh pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi dan memaksa perempuan mengenakan hijab.
Hafsa dalam argumennya lalu meminjam pendapat feminis asal Maroko, Asma Lambaret, yang menganjurkan penafsiran persamaan hak setiap gender dalam Al-Quran. "Islam yang diajarkan oleh para ulama melindungi dan memberdayakan. Hal ini berbanding terbalik dengan ajaran syariat yang diterapkan Taliban," tegas dia.
Diakhir argumennya, Hafsa menekankan pendapat cendekiawan Muslim Sudan, Abdullahi Ahmed An-Na'im, soal konsep negara Muslim terbaik.
"Negara terbaik bagi Muslim adalah negara sekuler karena hanya dengan demikian seseorang dapat menjadi Muslim dengan keyakinan dan pilihan yang bebas," pungkas Hafsa. The Independent/I-1