JAKARTA - Indonesia merupakan salah satu negara penggagas Open Government Partnership yakni sebuah inisiatif multilateral yang diteken tahun 2011. Hal Ini juga sejalan dengan komitmen transparansi dalam UU Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2008. Meskipun saat ini beragam data tersedia di berbagai situs, baik milik pemerintah, asosiasi perusahaan, organisasi non-pemerintah, maupun kolaborasi berbagai pemangku kepentingan.
Namun sayang ketersediaan data terbuka masih belum tersediakan secara maksimal. Dalam kondisi tersebut jurnalis punya peluang untuk menegaskan perannya sebagai pengawas kepentingan publik (watchdog of public interest) dengan melihat peristiwa yang ada dengan menghimpun data secara mandiri untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Praktisi dari Data Science Indonesia (DSI), Satya Nugraha mengatakan hal itu dalam acara workshop jurnalisme data dengan tema, "Penggunaan Analisis Spasial dalam Meliput Isu Lingkungan." Yang diselenggarakan Jaringan Indonesia untuk Jurnalisme Investigasi (Jaring), akhir pekan ini. Menurut Satya meskipun data spasial umumnya dilakukan untuk melakukan pemetaan dalam salah satu analisa lingkungan.
Namun hal tersebut tidak tertutup kemungkinan dilakukan sebagai salah satu panduan dalam melakukan kajian peliputan jurnalisme. " Bentuk data bisa digunakan untuk representasi lokasi, ukuran, dan bentuk sebuah objek yang berada di bumi seperti bangunan, danau, gunung, hutan, atau bahkan sebuah pemetaan politik" ujar Satya.
Dia mengungkapkan, penggunaan data spasial dalam jurnalisme untuk kepentingan publik bukanlah hal baru dirinya memaparkan dalam beberapa surat kabar yang berbasis di Amerika Serikat sudah memulainya sejak 25 tahun lalu. Untuk menelisik kerusakan alam, tidak hanya diluar di dalam negeri pun beberapa media sudah mengimplementasikan data spesial ini dalam beberapa kegiatan jurnalisme.
"Hal ini sangat berfungsi cukup luas, buat dunia jurnalisme maka dari itu kami memberikan pelatihan agar Jurnalis dapat memaksimalkan kinerjanya," pungkasnya. Dicontohkan aplikasi R dimana penggunaannya dimudahkan dengan tampilan display familiar. Sehingga pengguna atau user dapat cepat memasukkan data yang sudah dihimpun dari lapangan. "Aplikasi data spesial itu banyak, tetapi R ini lebih mempermudah dengan display yang sederhana. Otomatis dampaknya hasil yang dikeluarkan lebih cepat selain itu efisien waktu," tukasnya. fan/AR-3