NIAMEY - Junta militer yang merebut kekuasaan di Niger pekan lalu menuduh Prancis merencanakan serangan untuk membebaskan Presiden Mohamed Bazoum yang ditahan dan mengembalikan pemerintah yang digulingkan.

Niger adalah sebuah negara di Afrika barat bekas koloni Prancis yang merdeka pada 1960, dan Kementerian Luar Negeri Prancis telah membantah tuduhan itu. Mereka mengatakan bahwa pemerintah Prancis hanya mengakui Bazoum sebagai pemimpin Niger yang sah dan hanya berupaya melindungi warga negara dan kepentingan Prancis di sana.

Uni Afrika, PBB, dan negara-negara lain termasuk Prancis telah mengutuk tindakan junta yang menggulingkan pemerintah terpilih Niger. Aksi itu menjadi kudeta militer ketujuh dalam waktu kurang dari tiga tahun di Afrika barat dan Afrika tengah.

Laporan soal rencana Prancis itu muncul satu hari setelah blok regional Afrika barat, ECOWAS, menjatuhkan sanksi kepada junta. ECOWAS juga menyatakan bahwa mereka dapat mengizinkan penggunaan kekuatan untuk memulihkan kekuasaan Bazoum, yang dikurung di istana presiden oleh para pengawalnya.

Presiden Chad, Mahamat Idriss Deby, pada akhir pekan lalu terbang ke Niger untuk berusaha memediasi konflik. Pada Senin (31/7) pagi, ia mengunggah foto-foto pertama Bazoum sejak kudeta.

Deby mengaku telah bertemu dengan Bazoum dan pemimpin kudeta Jenderal Abdourahamane Tiani untuk mencari cara menemukan solusi damai.

Salah satu pelaku kudeta, Kolonel Amadou Abdramane, dalam pidato televisi mengatakan bahwa pemerintah yang digulingkan telah memberi izin kepada Prancis untuk melakukan serangan ke istana presiden. Izin diberikan melalui pernyataan yang ditandatangani Menteri Luar Negeri Hassoumi Massoudou, yang bertindak sebagai perdana menteri.

Abdramane tidak menjelaskan serangan seperti apa dan tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung pernyataan.

Junta militer telah memperingatkan negara lain untuk tidak berusaha membebaskan Bazoum karena akan memicu kekacauan.

Perebutan kekuasaan di Niger juga telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan di wilayah itu. Saat ini pasukan Prancis dan negara-negara lain sedang berada di Niger untuk membantu tentara melawan kelompok bersenjata yang menyebar di Sahel, wilayah yang membentang dari Senegal ke Sudan. Ant/I-1

Baca Juga: