Junta menuding pemimpin Myanmar yang tersingkir, Aung San Suu Kyi, telah melakukan tindak pidana korupsi. Tudingan itu dilontarkan bersamaan dengan semakin kerasnya junta untuk menekan pengunjuk rasa.

YANGON - Junta pada Kamis (11/3) menuding pemimpin Myanmar yang tersingkir, Aung San Suu Kyi, telah melakukan tindak pidana korupsi karena telah menerima aliran uang ilegal yang cukup besar.

Tudingan itu dilontarkan bersamaan dengan kutukan dari komunitas internasional atas tindakan kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar terhadap pengunjuk rasa yang telah mengakibatkan lebih dari 60 orang tewas.

Dalam konferensi pers pada Kamis, junta militer yang bersikeras melakukan pengambilalihan kekuasaan dengan alasan adanya ketidakberesan dalam pemilu November lalu yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi, menyatakan bahwa Suu Kyi telah menerima aliran uang senilai 600 ribu dollar AS dan lebih dari 11 kilogram emas senilai 680 ribu dollar AS.

"Menteri utama Yangon yang ditahan mengakui bahwa ia telah memberi Suu Kyi uang tunai dan emas," kata juru bicara junta, Zaw Min Tun, dalam konferensi pers di Ibu Kota Naypyidaw. "Kami mengetahui bahwa Suu Kyi sendiri yang mengambil uang dan emas itu dan saat ini komisi antikorupsi sedang menyelidiki," imbuh dia.

Suu Kyi yang ditahan sejak kudeta 1 Februari, sebelumnya sudah dikenai beberapa dakwaan kriminal termasuk memiliki alat komunikasi walkie-talkie tanpa izin dan melanggar pembatasan virus korona dengan menggelar acara kampanye selama pemilu tahun lalu.

Dilaporkan pula pada Kamis pagi bahwa di Distrik Sanchaung di Yangon pada Rabu tengah malam telah kembali digerebek oleh pasukan keamanan. Kabarnya pasukan keamanan itu menggerebek apartemen-apartemen di distrik komersial di Kota Yangon itu untuk mencari senjata polisi yang hilang.

Korban Penembakan

Sementara itu aksi protes menentang kudeta terus terjadi di seluruh wilayah Myanmar. Dalam aksi protes pada Kamis dilaporkan sebanyak 9 orang pengunjuk rasa tewas akibat terkena tembakan dari aparat keamanan.

Pihak sukarelawan medis melaporkan ada 6 orang demonstran tewas di Kotapraja Myaing yang ada di Myanmar tengah. "Enam pria tewas tertembak dan 8 orang lainnya terluka, satu diantaranya dalam kondisi kritis," ungkap seorang petugas sukarelawan medis.

Seorang saksi mata dalam penembakan di Myaing melaporkan 5 korban tewas karena peluru menembus kepala mereka.

Selain di Myaing, korban tewas akibat tembakan pun dilaporkan terjadi di Kota Bago yang berlokasi timur laut Yangon, Kota Mandalay, dan Kota Dagon yang berlokasi di utara Yangon.

Dilaporkan pula bahwa seorang pria yang terluka 8 hari lalu di Myanmar tengah, telah tewas pada Kamis dan seorang pekerja bank berusia 26 tahun dari Kota Myingyan yang ditembak pada Rabu (10/3), juga telah meninggal dunia.

Terkait dengan tekanan internasional terhadap junta di Myanmar, pemerintah Amerika Serikat (AS) pada Rabu telah menjatuhkan sanksi terhadap dua anak yang sudah dewasa dari panglima militer Myanmar, Min Aung Hlaing, yang bernama Aung Pyae Sone dan Khin Thiri Thet Mon. "Aung Pyae Sone dan Khin Thiri Thet Mon mempunyai berbagai bisnis yang secara langsung mendapat keuntungan dari posisi dan pengaruh buruk ayah mereka," demikian siaran pers Kementerian Keuangan AS. AFP/I-1

Baca Juga: