Nasib jurnalis asal AS yang ditahan di Myanmar makin tak menentu setelah pengadilan menolak permohonan pembebasan dengan jaminan dan pengadilan malah menambah tuduhan pada jurnalis itu.

YANGON - Pengadilan Myanmar telah menolak permohonan pembebasan dengan jaminan bagi Danny Fenster, seorang jurnalis Amerika Serikat (AS) yang telah dipenjara selama lima bulan terakhir saat hendak keluar dari di negara tersebut. Pengadilan malahan menambah tuduhan yang dijatuhkan terhadap Fenster.

Fenster, 37 tahun, adalah redaktur pelaksana dari situs berita Frontier Myanmar. Ia kini ditahan di penjara Insein di Kota Yangon. Fenster sebelumnya sudah dikenai tuduhan menghasut karena menyebarkan informasi yang palsu atau menghasut, serta melanggar undang-undang berkumpul secara tidak sah karena berhubungan dengan kelompok oposisi.

"Pada sidang terakhirnya di dalam penjara Insein, Yangon, pada Rabu, dia diberitahu bahwa ia dikenai tuduhan tambahan atas dugaan melanggar undang-undang imigrasi," kata pengacaranya, Than Zaw Aung, pada Kamis (4/11).

"Tuduhan itu akan menambah masa kurungan maksimal lima tahun dan persidangan diperkirakan akan dimulai pada Jumat (5/11)," imbuh pengacara itu.

Pengacara Than Zaw Aung juga mengatakan bahwa pihaknya tidak tahu persis alasan penambahan hukuman akibat pelanggaran keimigrasian itu dan menambahkan bahwa visa Fenster masih berlaku saat ditahan.

Keputusan pengadilan ini keluar sehari setelah Bill Richardson, mantan Dubes AS untuk PBB, melawat ke Myanmar.

Kunjungan kemanusiaan Richardson membangkitkan harapan bahwa dia akan mengusahakan pembebasan Fenster, karena Richardson dikenal dengan usaha-usahanya di masa lalu untuk membebaskan warga AS yang ditahan di negara-negara yang memiliki hubungan buruk dengan AS.

Pembunuhan Pejabat

Sementara itu dilaporkan bahwa seorang pejabat eksekutif dari sebuah perusahaan telekomunikasi besar di Myanmar dilaporkan telah ditembak mati pada Kamis. Menurut keterangan militer, pejabat eksekutif itu merupakan tokoh yang paling senior yang jadi sasaran serentetan pembunuhan petinggi yang terkait junta.

"Kepala keuangan Mytel yaitu Thein Aung, telah ditembak mati oleh seorang teroris bersenjata di luar rumahnya di Yangon pada Kamis pagi," demikian keterangan militer.

Mytel adalah salah satu operator telekomunikasi utama dan dimiliki oleh junta militer.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak para jenderal merebut kekuasaan dalam kudeta Februari, memicu protes besar-besaran dan tindakan keras militer berdarah terhadap perbedaan pendapat. Tindak kekerasan itu menyebabkan menjamurnya pasukan pertahanan rakyat sipil dan para pembangkang yang menargetkan pejabat yang dianggap bekerja sama dengan junta.

Saat ini di seluruh negeri hampir setiap hari terjadi pembunuhan terhadap pejabat junta tingkat rendah atau orang yang diduga sebagai informan militer. AFP/I-1

Baca Juga: