Pasukan junta telah melancarkan serangan ke sebuah kota di Bagian Rakhine barat yang dikuasai pejuang etnis minoritas. Serangan itu terjadi ketika militer sedang memerangi lawan di utara dan timur Myanmar.

YANGON - Militer Myanmar pada Kamis (16/11 telah menembaki sebuah kota di Negara Bagian Rakhine barat dan menggunakan helikopter untuk menyerang pejuang dari etnis minoritas di sana, kata penduduk dan media lokal.

Pekan ini, pejuang Tentara Arakan (AA) telah melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan di Rakhine dan membuka front lain ketika militer memerangi lawan di utara dan timur.

Pejuang AA telah menguasai sepenuhnya Kota Pauktaw, 25 kilometer sebelah timur ibu kota negara bagian Sittwe, kata seorang penduduk yang meminta tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.

"Militer menembaki kota tersebut dan helikopter menembaki kantor polisi, yang kini ditempati oleh pejuang AA," kata penduduk itu.

Warga tersebut melaporkan mendengar suara tembakan dan tembakan artileri yang hampir terus menerus dan mengatakan banyak orang di kota tersebut telah melarikan diri.

Pada Rabu (15/11) lalu, sekitar 30 polisi di Pauktaw telah menyerahkan diri kepada AA, kata warga lainnya, yang juga meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan keselamatan mereka.

"Sebuah kapal Angkatan Laut Myanmar juga terpantau sedang mendekati kota itu dari Sungai Kywegu," media lokal melaporkan.

Tiga orang Rohingya tewas akibat tembakan artileri dalam pertempuran antara AA dan militer pada Selasa (14/11) malam di Kotapraja Minbya di utara Rakhine, kata seorang pemimpin Rohingya setempat pada Kamis.

"Pertempuran telah berlangsung sejak saat itu. Banyak warga Rohingya membutuhkan bantuan untuk mendapatkan makanan dan tempat bersembunyi," kata pemimpin Rohingya itu.

Pejuang AA juga tutur memerangi junta di Negara Bagian Shan utara sebagai bagian dari aliansi kelompok etnis minoritas yang telah merebut kota-kota dan memblokir jalur perdagangan penting ke Tiongkok.

Gencatan senjata antara junta dan AA di Rakhine telah berlangsung hingga pekan ini, meskipun bentrokan sedang berlangsung di wilayah utara.

AA selama bertahun-tahun telah berperang demi otonomi penduduk etnis Rakhine di negara bagian mereka yang lokasinya dekat dengan perbatasan Bangladesh.

Bentrokan antara AA dan militer pada tahun 2019 menyebabkan lebih dari 200.000 orang mengungsi di seluruh Negara Bagian Rakhine, yang merupakan tempat tinggal bagi sekitar satu juta orang.

Keprihatinan Sekjen PBB

Sementara itu pada Rabu (15/11), Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa ia sangat prihatin atas meluasnya konflik di Myanmar, yang dipicu oleh serangan yang dilancarkan oleh kelompok bersenjata etnis minoritas bulan lalu.

"Sekjen Guterres sangat prihatin dengan meluasnya konflik di sebagian besar negara yang menurut PBB telah menyebabkan lebih dari 200.000 orang mengungsi," kata juru bicara Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan.

Pertempuran telah berkecamuk sejak 27 Oktober setelah Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA) dan Tentara Arakan (AA) melancarkan serangan terhadap militer di dekat perbatasan utara dengan Tiongkok.

Selain serangan baru terhadap militer di Negara Bagian Rakhine barat oleh AA, pekan ini pun pejuang antijunta di Negara Bagian Kayah di perbatasan Thailand telah melakukan penyerangan terhadap pasukan junta militer di dekat ibu kota negara bagian, Loikaw.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB yang mengutip laporan awal dari lapangan, setidaknya sudah 75 warga sipil termasuk anak-anak tewas dan 94 orang terluka dalam pertempuran itu. AFP/I-1

Baca Juga: