Setelah dua hari dikuasai oleh pasukan etnis bersenjata, tentara junta berhasil merebut kembali kota pesisir Pauktaw di Myanmar barat

YANGON - Junta militer Myanmar mengatakan bahwa mereka telah kembali menguasai sebuah kota pesisir di Negara Bagian Rakhine, hampir dua hari setelah kota tersebut direbut oleh pasukan etnis bersenjata Arakan Army (AA).

Pauktaw, sebuah kota pesisir yang terletak sekitar 30 kilometer sebelah timur ibu kota Rakhine, Sittwe, jatuh ke tangan AA setelah kelompok tersebut menyerbu kantor polisi pada Rabu (15/11) malam dan memaksa sekitar 70 personel junta militer untuk menyerah.

Keesokan harinya, rezim mengerahkan kapal-kapal angkatan laut dan helikopter tempur membombardir kota tersebut, dan akhirnya berhasil merebut kembali kota tersebut pada Jumat (17/11) sore.

"Pasukan Junta sekarang telah mengambil posisi di kantor polisi dan di puncak bukit di dekatnya," lapor narasumber kepada Myanmar Now.

Akibat bentrokan itu, ribuan orang yang terjebak di Pauktaw dan banyak dari mereka yang menggunakan media sosial untuk memohon bantuan agar dapat keluar.

"Kami terjebak dan tidak tahu apa yang terjadi di luar sana. Kami tidak berani meninggalkan rumah. Di rumah kami ada seorang anak, tiga orang tua, dan lima orang lainnya. Pada malam hari, kami bisa mendengar suara tembakan senjata. Kami tidak tidur sama sekali semalam," tutur seorang perempuan di media sosial.

Sementara sebagian besar orang melarikan diri dari kota berpenduduk sekitar 20.000 orang itu, karena takut akan pembalasan junta setelah AA mengibarkan benderanya di atas kantor polisi, banyak juga yang tetap tinggal untuk melindungi harta benda mereka.

"Ada banyak orang yang terjebak di kota. Beri mereka waktu satu atau dua jam untuk pergi," kata seorang petugas bala bantuan lokal, yang menyarankan agar Komite Palang Merah Internasional (ICRC) turun tangan untuk mengkoordinasikan upaya evakuasi.

"Kami tidak bisa melakukan evakuasi, tapi ICRC bisa," ucap petugas itu.

Sementara itu, ada laporan bahwa tentara junta yang telah berpatroli untuk menangkapi orang-orang yang meninggalkan rumah mereka.

Langgar Gencatan Senjata

Juru bicara junta, Zaw Min Tun, yang mengkonfirmasi pada Jumat bahwa tentara junta telah mengambil alih kembali kendali Pauktaw, menuduh AA sehari sebelumnya telah menghancurkan Negara Bagian Rakhine dengan melanggar gencatan senjata pada awal pekan ini.

Pada Senin (13/11) lalu, kelompok AA tersebut melakukan beberapa serangan terhadap target-target junta di Kota Rathedaung dan Minbya di negara bagian tersebut sebagai bagian dari serangan yang lebih luas yang dijuluki Operasi 1027, yang diluncurkan dengan sekutunya di Negara Bagian Shan utara pada akhir bulan lalu.

Keesokan harinya, empat penduduk desa Rohingya di Sin Gyi Pyin di Kotapraja Minbya terbunuh ketika pasukan junta yang ditempatkan di dekat desa itu melepaskan tembakan dengan artileri berat. Sedikitnya 13 orang lainnya terluka, termasuk seorang anak berusia satu tahun dalam gempuran artileri itu.

Menurut seorang penduduk Desa Sin Gyi Pyin, tentara junta kemudian memerintahkan semua orang yang tinggal di sana untuk pergi.

"Militer menelepon administrator desa dan mengatakan bahwa tidak ada satu orang pun yang boleh tinggal. Mereka mengatakan bahwa mereka berniat untuk menembak ke arah desa, dan jika kami tetap tinggal, kami akan terluka," lapor penduduk desa tersebut.

Pada Rabu, kelompok AA juga mengatakan bahwa mereka telah menyerang dua pangkalan taktis di Kota Paletwa di Negara Bagian Chin.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut mengklaim bahwa mereka telah berhasil memaksa pasukan junta dan personil rezim lainnya, termasuk polisi dan anggota pasukan penjaga perbatasan untuk meninggalkan hampir 40 posko dan posisi lainnya sejak Senin lalu. MyanmarNow/I-1

Baca Juga: