YANGON - Junta Myanmar mengatakan telah menangkap dua pemimpin jaringan penipuan dunia maya yang beroperasi di negaranya dan dicari oleh pemerintah Tiongkok. Salah satunya bunuh diri dalam operasi penangkapan tersebut.

Kompleks penipuan online menjamur di perbatasan Myanmar dan dikelola oleh warga negara Tiongkok dan negara lain. Pekerjanya sering kali diperdagangkan dan dipaksa bekerja untuk menipu rekan senegaranya.

Penipuan ini membuat marah Beijing, sekutu utama junta. Tiongkok telah berulang kali meminta militer untuk menindak industri ini, yang menurut para analis bernilai miliaran dolar per tahun.

"Ming Xuechang, Ming Guoping, Ming Julan... ditangkap di kota Laukkai di zona pemerintahan mandiri Kokang," kata tim informasi junta dalam sebuah pernyataan pada Kamis (16/11) malam.

Ming Xuechang "menembak dirinya sendiri saat ditangkap, kemudian meninggal saat mendapatkan perawatan", kata Junta dalam pernyataannya tanpa merinci atau menyebutkan kapan ketiganya ditangkap.

Menurut laporan media, Ming Xuechang adalah mantan perwakilan wilayah Kokang di parlemen regional negara bagian Shan.

Ming Guoping dan Ming Julan telah diserahkan ke polisi Tiongkok pada hari Kamis, kata pernyataan junta.

Pihak berwenang Tiongkok mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap ketiganya dan seorang lainnya bernama Ming Zhenzhen minggu lalu.

Ming Xuechang memimpin sebuah kelompok yang "mengorganisir dan membuka sarang penipuan sejak lama... melakukan kejahatan penipuan jaringan dan telekomunikasi yang menargetkan warga Tiongkok", menurut media pemerintah Tiongkok.

Pernyataan junta tidak menyebutkan Ming Zhenzhen.

AFP telah menghubungi kedutaan Tiongkok di Yangon untuk memberikan komentar.

PBB mengatakan tahun ini setidaknya 120.000 orang terjebak dalam kompleks penipuan di Myanmar.

Bulan lalu aliansi bersenjata kelompok etnis minoritas melancarkan serangan terhadap militer di wilayah utara negara bagian Shan, tempat Laukkai berada.

Salah satu kelompok tersebut, Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), mengatakan pihaknya bermaksud merebut kembali bekas kota booming tersebut setelah dipaksa keluar oleh militer pada 2009.

Saat pertempuran mendekati Laukkai, ribuan pekerja migran Myanmar melarikan diri.

Beberapa orang mengatakan kepada AFP, mereka berjalan berhari-hari dan terpaksa tidur di pinggir jalan ketika artileri dan serangan udara menghantam daerah tersebut.

Baca Juga: