Rezim junta mengintensifkan serangannya ke selatan Naypyidaw setelah selama berbulan-bulan berusaha untuk memukul mundur pasukan pemberontak yang beroperasi di wilayah yang berjarak hanya 50 mil dari ibu kotanya itu

YANGON - Serangan junta telah memaksa lebih dari 4.000 orang meninggalkan rumah mereka di Kotapraja Yedashe di Wilayah Bago sejak akhir pekan lalu, menurut sumber-sumber di wilayah yang berjarak 50 mil dari selatan Naypyidaw.

Serangan dimulai pada Jumat (17/11) lalu setelah bentrokan dengan pasukan pemberontak lokal sehari sebelumnya dilaporkan menewaskan puluhan tentara junta.

Sejak saat itu, penduduk dari setidaknya delapan desa di sebelah timur Sungai Sittaung mengungsi untuk menghindari serangan udara dan penembakan oleh tentara yang ditempatkan di Swar, sebuah kota di dekat perbatasan Wilayah Bago dengan Wilayah Persatuan Naypyitaw.

"Tentara junta telah menghancurkan beberapa desa dengan senjata berat mereka. Kami tidak bisa tinggal di sana lagi," kata seorang perempuan lokal yang berbicara kepada kantor beritaMyanmar Nowdengan syarat tidak disebutkan namanya.

Bentrokan juga terjadi pada Kamis (16/11) lalu terjadi di dekat Pi Tauk Kone, sebuah desa yang berjarak sekitar sembilan mil sebelah timur Kota Swar, dan melibatkan sekitar 150 tentara junta dan sejumlah kelompok Pasukan Pertahanan Rakyat setempat. Tiga anggota dari satu unit PDF terbunuh dalam pertempuran tersebut dan delapan lainnya terluka, kata kelompok itu.

Pada Senin (20/11) lalu, Kementerian Pertahanan Pemerintah Persatuan Nasional yang dipimpin oleh sipil, mengklaim dalam sebuah pernyataan bahwa lebih dari 40 tentara rezim, termasuk seorang kapten, terbunuh dalam bentrokan di dekat Pi Tauk Kone.

Penduduk mengatakan bahwa militer juga telah memblokir pelabuhan di Sungai Sittaung untuk mencegah para pejuang perlawanan menyeberang. Militer diketahui telah mengintensifkan serangannya di sebelah timur sungai sejak akhir Juli lalu dalam upaya untuk menghentikan gerak maju pasukan pemberontak yang berbasis di Pegunungan Bago Yoma dan Negara Bagian Karen (Kayin) di dekatnya.

Pengungsi Meningkat

Sementara itu PBB pada Rabu (22/11) menyatakan bahwa ada lebih dari 286.000 orang di Myanmar sejauh ini telah mengungsi akibat pertempuran antara junta dan kelompok etnis baru-baru ini. PBB menggambarkan peningkatan pengungsi itu sebagai eskalasi terbesar sejak kudeta tahun 2021.

"Mitra kemanusiaan memberi tahu kami bahwa pertempuran sengit antara organisasi etnis bersenjata dan angkatan bersenjata Myanmar terus berlanjut dan meluas ke lebih banyak wilayah, termasuk pusat kota padat penduduk," kata Farhan Haq, wakil juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.

"Hingga kemarin, lebih dari 286.000 orang telah mengungsi sejak meningkatnya pertempuran pada 26 Oktober, dan jumlah ini terus meningkat," pungkas dia.AFP/MyanmarNow/I-1

Baca Juga: