Junta di Myanmar menyatakan bahwa mereka ingin melaku­kan serangan balasan terhadap aliansi kelompok etnis bersenjata setelah  selama sepekan terjadi pertempuran di mayoritas wilayah di Negara Bagian Shan utara dekat perbatasan Tiongkok.

YANGON - Aliansi kelompok etnis minoritas Myanmar pada Jumat (3/11) mengatakan bahwa pihaknya berhasil meraih lebih banyak kemajuan dalam serangannya terhadap junta yang berkuasa, sementara rezim junta bersumpah akan membalas tantangan militer terbesar yang dihadapinya sejak merebut kekuasaan.

Selama sepekan ini pertempuran telah berkobar di mayoritas wilayah di Negara Bagian Shan utara dekat perbatasan Tiongkok, dan hal ini menurut PBB telah memaksa lebih dari 23.000 orang meninggalkan rumah mereka.

Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), dan Tentara Arakan (AA) mengatakan bahwa mereka telah merebut puluhan posko militer terdepan dan empat kota serta memblokir jalur perdagangan penting ke Tiongkok.

"Pejuang TNLA merebut posko terdepan militer di dekat Kota Namhkam dekat perbatasan Tiongkok pada Jumat," kata kelompok itu kepadaAFP. "Sedangkan pasukan militer junta telah menyerukan serangan udara dan artileri," ucap juru bicara TNLA.

MNDAA mengatakan melalui saluran medianya bahwa para pejuangnya telah memperoleh keuntungan dalam pertempuran di wilayah Kokang, sekitar 100 kilometer ke arah timur. Seorang juru bicara junta pada Kamis (2/11) menolak klaim bahwa aliansi tersebut telah merebut beberapa kota di Negara Bagian Shan dan menyebut klaim itu sebagai propaganda.

"Militer akan melancarkan serangan balik terhadap kelompok tersebut," ucap pemimpin junta, Min Aung Hlaing dalam komentar yang dimuat oleh surat kabarGlobal New Light of Myanmarpada edisi Jumat.

Sebelumnya juru bicara junta pada Rabu (1/11) lalu mengatakan bahwa militer telah kehilangan kendali atas Kota Chinshwehaw, pusat perdagangan utama di perbatasan dengan Provinsi Yunnan, Tiongkok.

Perdagangan berjumlah lebih dari 1,8 miliar dollar AS antara April dan September tahun ini yang merupakan sumber pendapatan penting bagi junta, melalui kota ini, ungkap media pemerintah pada September lalu.

Warga Thailand Terjebak

Sementara itu Thailand mengatakan pihaknya berencana untuk mengevakuasi 162 warganya dari Laukkai, sebuah kota perbatasan yang dilanda pertempuran sekitar 35 kilometer dari Chinshwehaw. Menurut kelompok etnis bersenjata, kota perbatasan ini akan menjadi tujuan mereka berikutnya.

Pertempuran telah dilaporkan sejak akhir pekan di sekitar Laukkai, sebuah pusat utama di wilayah yang ramai dilakukan transaksi narkoba, penjualan senjata, prostitusi, dan pusat penipuan online.

Menteri Luar Negeri Thailand, Parnpree Bahiddha-Nukara, mengatakan bahwa 162 warga Thailand saat ini dalam kondisi aman di bawah pengawasan pemerintah Myanmar dan mereka akan dievakuasi melintasi perbatasan ke Tiongkok jika mereka ingin meninggalkan kota tersebut.

Daerah perbatasan Myanmar adalah tempat bernaungnya bagi lebih dari selusin kelompok etnis bersenjata, beberapa di antaranya telah berperang melawan junta militer selama beberapa dekade demi otonomi dan kendali atas sumber daya yang menguntungkan.

Walau letaknya yang terpencil di wilayah yang terjal dan tertutup hutan, di lokasi ini terdapatnya jaringan pipa yang memasok minyak dan gas ke Tiongkok serta jadi bagian dari rencana rute kereta bernilai miliaran dollar dalam proyek infrastruktur Belt and Road yang dicanangkan Beijing. AFP/I-1

Baca Juga: